(Anggota DKM sedang menata takjil di MRU, Foto: Warta Kema/Khansa Nisrina)
Jatinangor, Warta Kema – Semarak bulan suci ramadhan semakin menghidupkan suasana di Masjid Raya Unpad (MRU). Memasuki pukul 4 sore, pelataran dan basement MRU ramai didatangi mahasiswa. Sebagian untuk beribadah dan sebagiannya lagi untuk mengerjakan tugas sembari ‘menjemput’ takjil gratis pada waktu berbuka.
Adanya takjil gratis ini diakui oleh sejumlah mahasiswa dapat membantu mereka menghemat pengeluaran. Salah satunya adalah mahasiswa Fikom Unpad Nona Amalia.
“Hemat banget tentunya, kalau dihitung-hitung mah beli takjil di luaran bisa habis 5-10 ribu. Kalau di MRU, gratis coy,” tutur Nona.
Pemilihan menu takjil yang beragam menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi para jemaah yang datang.
“Salad ager, cheese roll, dan bala-bala ‘bakwan’. Salad ager enak banget full susu dan keju, iftar termewah menurut aku. Menunya juga ganti-ganti terus dan bahkan waktu itu (MRU) sempet minta saran menu iftar,” Tutur Nona.
Momentum berbagi takjil ini tidak hanya dinantikan oleh para mahasiswa, tetapi juga oleh sukarelawan dan pengurus DKM.
Pengurus Kemuslimahan DKM MRU Isna mengaku mengisi waktu senggangnya dengan membantu menyiapkan takjil di MRU.
“Selain aku bagian dari DKM juga, aku membutuhkan aktivitas pengisi buat mengisi waktu senggang. Habis selesai kuliah biasanya aku langsung kesini untuk ngebantu-bantu gitu,” jelas Isna.
(Proses pembuatan takjil oleh anggota DKM, Foto: Warta Kema/Eka Sukaswatiningrum)
Mengingat tidak pastinya jumlah jemaah yang hadir, Isna mengaku seringkali takjil yang disiapkan tidak mencukupi. Untuk menghindari kejadian tersebut, Isna dan rekan-rekannya di DKM harus cermat menerka pembagian makanan dan minuman untuk setiap jemaah.
“Untuk jumlahnya kalau gorengannya itu sekitar ada 1.400-an ada kayaknya ya. Terus kalau untuk minumnya, biasanya cuma 300 sampai 400 atau 500. Tapi, (jumlah takjil) justru sering kurang. Bahkan kadang tempatnya (basement MRU) ga cukup. jadi harus (mengira-ngira) gimana caranya ngebagi semua dengan tepat (antara jamaah perempuan dan laki-laki),” tutur Isna
Selain Isna, terdapat juga volunteer yang turut membantu DKM menyiapkan takjil. Salah satunya adalah Puput, mahasiswa FIB Unpad yang secara sukarela membantu proses produksi dan distribusi takjil di MRU. Bersama rekan-rekannya di DKM, Puput mulai menyiapkan bahan produksi takjil semenjak zuhur.
“Untuk mulai (menyiapkan bahan takjil) itu sekitar bakda ‘setelah’ zuhur. Jumlahnya biasanya ada 20 orang atau bisa lebih, nggak tentu. Biasanya ada juga yang udah nyiapin dari pagi, dari orang-orang MRU, dari mulai bahan-bahannya,” tutur Puput.
Mendekati waktu maghrib, jamaah berkumpul di basement MRU setelah pengurus DKM menata piring berisikan 3 jenis gorengan, air mineral, dan minuman segar seperti es coklat cincau hingga sirup dengan buah atau jelly. Biasanya, masing-masing piring diperuntukkan untuk 4 jamaah.
Puput menjelaskan menu takjil ini biasanya ditentukan oleh Bu Utuy, selaku takmir ‘pengurus’ MRU. Bu Utuy juga lah yang terjun langsung mengelola pendanaan takjil.
“Kalau yang menentukan (menu) itu ada namanya Bu Utuy. Untuk takjil disini biasanya dari Bu Utuy sendiri open donasi melalui WhatsApp beliau. Ada juga di Instagram MRU nomor rekening yang kalau misalkan mau donasi bisa dari situ. Untuk awal-awal dulu, uangnya diambil dari uang jemaah sama uang infaq tarawih juga,” ujar Puput.
(Anggota DKM sedang menata takjil di MRU, Foto: Warta Kema/Khansa Nisrina)
Menyediakan takjil untuk banyak orang pastinya membutuhkan dana yang lebih pula. Maka dari itu, pengurus DKM MRU berusaha untuk selalu transparan mengenai pendanaan takjil dengan memperbaharui laporan anggaran pemasukan dan pengeluaran setiap selesai tarawih.
Berdasarkan pemaparan Puput, meskipun pendanaan takjil di MRU seringkali mengalami kendala, banyak pula masyarakat yang memberikan donasi dalam bentuk bahan makanan langsung.
“Dibilang cukup atau enggaknya sih sebenarnya enggak ya teh. Karena mengingat kami berusaha untuk menyediakan takjil agar cukup gitu bagi jamaah kan biasanya banyak. Jadi kalau dibilang cukup atau nggak sih kadang kurang ya. Ada juga yang kasih donasi makanan jadi atau bahan baku itu ada juga (yang) dari sedekah, hamba Allah,” tambah Puput.
Terselenggaranya pembagian takjil gratis ini tidak terlepas dari pengelolaan yang baik dari para pengurus DKM. Pendekatan dan ajakan buka bersama di MRU gencar diumumkan melalui instagram @masjidunpad. Dengan segala lika-liku dan tantangan selama menyiapkan takjil, Puput dan Isna mengaku senang menjadi bagian dari kegiatan ini.
“Selama menyiapkan takjil disini sih, aku pribadi merasa seneng karena bisa ketemu sama temen-temen yang punya satu tujuan untuk membantu terus juga banyak belajar dari mereka juga tentang management waktu lah dan sebagainya. Terus juga ketemu mereka bisa recharge energi,” Tutur Isna.
“Aku hampir sama sih, karena disini bisa ketemu sama angkatan yang baru juga. Mereka biasanya juga sering cerita-cerita tentang aktivitas mereka, banyak belajar dan nambah pengalaman dari mereka,” jelas Puput.
Setiap kegiatan baik yang kita jalani pasti memberikan manfaat yang berimpact besar untuk diri kita sendiri sekaligus orang lain. Apalagi kegiatan tersebut dijalankan sembari melakukan ibadah puasa yang kelak amalannya akan menjadi tabungan jariyah. Berbagi takjil di bulan Ramadhan merupakan salah satu bentuk dari sedekah di jalan-Nya.
Reporter: Eka Sukaswatiningrum
Editor: Khansa Nisrina P