Rektor Terpilih, Paparan Arief dalam Kilas Balik Debat Calon Rektor 2024-2029

Arief S. Kartasasmita dalam Debat Calon Rektor (Rapat Pleno Terbuka MWA) (Sumber: Naia Emmyra)
Arief S. Kartasasmita dalam Debat Calon Rektor (Rapat Pleno Terbuka MWA)(Sumber: Naia Emmyra)
Arief S. Kartasasmita dalam Debat Calon Rektor (Rapat Pleno Terbuka MWA) (Sumber: Naia Emmyra)

 

Warta Kema — Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Padjadjaran (Unpad) telah menetapkan Rektor baru Unpad periode 2024-2029. Melalui serangkaian seleksi, Arief S. Kartasasmita terpilih sebagai Rektor Unpad yang diumumkan pada tanggal 7 Juli melalui media sosial Instagram @mwawm.unpad.

 

Paparan Arief dalam Debat Calon Rektor

Dalam acara Rapat Pleno Terbuka MWA (02/07), berupa Debat Calon Rektor Universitas Padjadjaran, Arief memaparkan bahwa otonomi akademik dimaknai bagaimana universitas memberikan ruang bagi para dosen dan mahasiswa untuk berkembang, khususnya di bidang keilmuannya, sehingga dapat mengangkat reputasi kampus di mata nasional dan dunia. 

Maka, diperlukan tata kelola yang baik sehingga semua akan berdampak pada porsi/peran yang sama termasuk tenaga didik dan masyarakat universitas bersama dengan nilai-nilai lokal yang ada.

Menanggapi pernyataan tersebut Popy Rufaidah dan Setiawan selaku calon rektor lain memberikan sebuah pertanyaan, bagaimana indikator pencapaian kebebasan akademik sebagai pendukung tata kelola Unpad menuju globalisasi? Serta tentang apa yang dimaksud peran yang sama dalam konteks tata kelola Unpad oleh Setiawan.

“Sebenarnya kunci bagaimana kita melakukan integrasi dalam pengelolaan agar tidak ada lagi sektor yang tertinggal ataupun disebut tertinggal, tapi yang penting adalah bagaimana integrasi tersebut antara bidang ilmu dapat digabungkan menjadi suatu inovasi. Agar tidak boleh ada pihak yang lebih hebat dari pihak yang lain. Kita bersama-sama dengan kongsi dan peran masing-masing,” jawab Arief.

Arief menambahkan, “Saya pikir sudah saatnya kita bersama-sama alumni dan mahasiswa untuk menggelar globalisasi Unpad. Jadi selama ini yang kita lakukan sudah jadi memikirkan Unpad.”

 

Pertanyaan dan Pendalaman terkait Nilai Lokal dan Globalisasi oleh Para Panelis

Pada segmen pertanyaan dan pendalaman yang diajukan para panelis, baik dari panelis dosen, tenaga didik, mahasiswa, maupun alumni tentang Nilai Lokal dan Globalisasi serta Penguatan Tata Kelola, Arief menyampaikan strategi-strategi yang akan digunakan untuk terbentuknya pusat kebudayaan budaya, dengan kekhasan budaya Sunda untuk meraih daya saing internasional.

Pendekatan dari 3 sisi yang berawal sisi keilmuan yang menjadi modal untuk merawat lalu kelembagaan di mana semua pihak termasuk mahasiswa dan alumni, bersama-sama untuk membentuk suatu lembaga yang menjadi lembaga prestise di internasional dan nasional. 

Sebagai konteks, budaya Sunda tidak hanya dimaknai menjadi suatu budaya yang harus kita rawat dalam bentuk misalnya hanya pemenuhan hal-hal yang sifatnya artifisial (buatan atau tidak), tetapi yang terpenting adalah bagaimana budaya Sunda tersebut dapat masuk ke dalam inspirasi kehidupan sehari-hari bangsa setidaknya di Jawa Barat.

“Kita harus jadi agent perubahan bagaimana budaya Sunda tersebut dapat masuk dalam kehidupan berbentuk silih asah, silih asih, silih asuh,” jelasnya.

Kekuatan keilmuan yang ada di Unpad dapat digunakan untuk menjual budaya Sunda sebagai konten kepada internasional. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara fortifikasi (suatu tindakan atau proses penguatan) kekuatan akademik kepada budaya tersebut. Akibatnya, hal tersebut akan menarik seluruh elemen-elemen dan pada akhirnya memberikan kesejahteraan dan mengangkat harkat derajat budaya Sunda.

“Jadi apa yang sudah ada kita kembangkan dengan memfortisifikasi oleh kekuatan akademik kita,” tambahnya.

Menanggapi penurunan minat kepada sastra Sunda yang diajukan oleh panelis dari mahasiswa. Menurut Arief, strategi yang paling mudah adalah bagaimana pada saat kuliah, Unpad mengenalkan budaya Sunda kepada mahasiswa secara pelan-pelan dengan gaya mereka. 

Dengan adanya pusat kebudayaan Sunda, ini menjadi salah satu soko guru untuk bisa memastikan budaya Sunda masuk setidaknya dimulai di kalangan kampus terlebih dahulu, sehingga civitas academica menjadi agen perubahan bagaimana Unpad dapat memberdayakan budaya Sunda ke seluruh Jawa Barat bahkan nasional dan internasional sekaligus untuk bisa menjualnya menjadi sumber pendapatan bagi Unpad. 

Arief menyatakan semangat membudidayakan budaya harus didukung bersama dan ditarik menjadi suatu institusi  formal yang ada di Unpad dan mengimplementasikan secara real kepada semuanya dalam kehidupan yang nyata. Sehingga penting untuk menyusun lembaga, mengisi akademik, dan mengimplementasikan  dalam bentuk langkah-langkah yang konkrit dan jelas.

 

Pertanyaan dan Pendalaman terkait Penguatan Tata Kelola oleh para panelis

“Peraturan Rektor merupakan salah satu peraturan penting dalam penyelenggaran tata kelola universitas. Jika bapak atau ibu calon rektor terpilih menjadi rektor strategi apa yang akan digunakan untuk menjamin partisipasi bermakna dari warga Unpad dalam pembentukan peraturan rektor?” 

Begitulah pertanyaan yang dipilih dan dibacakan oleh panelis tenaga didik (tendik).

Arief memaknai pertanyaan tersebut adalah mengapa implementasi di Unpad selama ini mungkin belum 100% sesuai dengan materi yang kita dapatkan. Itu karena kadang-kadang peraturan tidak secepat dengan perubahan yang ada.

Dalam membuat peraturan harus antisipatif dan ejal (leluasa) karena tidak semua harus dibuat menjadi peraturan. Jika menghargai masukan-masukan dalam bentuk uji publik sebelum peraturan tersebut dikembangkan, maka pemungutan peraturan tidak akan menjadi bertele-tele.

Dalam bayangan Arief ke depan, harusnya peraturan-peraturan tersebut sifatnya tidak terlalu banyak kepura-puraan yang dikembangkan sehingga partisipasi civitas academica lebih berarti dan juga lebih substantif. 

“Tidak ada peraturan-peraturan yang sifatnya sangat scatter (menghamburkan) sehingga menyulitkan pada saat tata kelola pengembangan peraturan,” jelas Arief.

 

Keseimbangan dalam Mencapai Target dan Internalisasi Local Value menjadi Aksi

Dalam segmen tanya jawab, Arief juga memaparkan program-programnya sebagai jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan. Baik itu dosen, tenaga didik, mahasiswa, maupun alumni.

Program yang pertama tentang keseimbangan yang belum tercapai dalam pencapaian target ataupun tujuan-tujuan yang tadi disampaikan serta local value  dalam menginternalisasi menjadi suatu aksi. Hal ini disampaikan oleh salah satu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip), Hadiyanto.

Menjawab hal tersebut, Arief menyebutkan perlu adanya bentuk formarium yang jelas sehingga semua tahu bagaimana pengukuran seberapa jauh kebermanfaatan dan seberapa jauh Unpad mendunia.

Tidak hanya dari sisi kuantitatif, tetapi juga kualitatif. Di antaranya bagaimana cara memasuki nilai-nilai yang sifatnya lebih dasar seperti nilai keagamaan, nilai budaya Sunda, dan sebagainya.

“Dan itu adalah jati diri kita sebagai bangsa Indonesia. Saya khawatir kemajuan teknologi yang sekarang kita dapati, globalisasi itu mencerabut esensi kita sebagai bangsa Indonesia, sebagai warga negara Indonesia, dan sebagai kaum beragama di Indonesia. Nah, ini yang harus sama-sama kita perkuat, salah satunya dengan budaya respek yang harus kita perkuat,” jelasnya.

 

Direktorat Khusus Tenaga Kependidikan sebagai Solusi Karir Tendik

Lalu untuk tenaga didik, pertanyaan yang diajukan ialah tentang karir dan kesempatan untuk program internasionalisasi kepada tendik yang memiliki kompetensi dilontarkan oleh salah satu tendik dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Rinka.

Arief menjawab bahwa, “Perlu ada satu direktorat khusus yang mengurusi direktorat ketenagapendidikan ini dan harus dijabat oleh tendik karena mereka mengerti bagaimana sebetulnya pola karir tendik harus dijalankan.”

“Mulai posisikan tendik untuk dapat melihat bagaimana perkembangan di luar, bagaimana mereka dapat sekolah ke tingkat yang lebih tinggi  di luar negeri,” tambah Arief.

Menurutnya, hal tersebut dapat menambah kekuatan Unpad mencapai universitas bertaraf global.

 

Rencana Arief dalam Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS)

Adapun pertanyaan mengenai bagaimana rencana untuk Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) yang terkadang melindungi nama baik kampus dilontarkan oleh mahasiswa Fisip, Ezo.

Pernyataan “pencegahan lebih baik dari penanganan” yang dinyatakan oleh Setiawan sebelumnya disetujui oleh Arief. Tidak ada lingkungan yang 100% aman, sehingga tugas  civitas academica Unpad untuk meminimalisir apa yang mungkin terjadi. Bersama-sama untuk memahami, saling mengingatkan dan saling intropeksi serta memperkuat nilai budaya dengan agama.

“Memodelisasi TPBK (Tim Pelaksana Bimbingan dan Konseling), bimbingan konseling, dan juga fakultas psikologi atau BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) untuk bisa mengkoordinasi dan me-mapping agar tidak terjadi dampak pada saat yang akan datang,” tambah Arief.

 

Bersama Alumni Jadikan Unpad Selalu Terdepan

Bagi alumni, pertanyaan yang dilontarkan berupa strategi agar Unpad selalu terdepan bersama-sama dengan alumni untuk Indonesia ke depan.

Arief berpikir program yang konkret adalah bagaimana mulai saat ini Unpad betul-betul memasukkan alumni secara lebih aktif untuk terlibat dan untuk memastikan bahwa seluruh lulusan Unpad dan produk-produk yang ada di Unpad menjadi terkoneksi secara kuat dengan alumni yang ada. 

Arief berharap alumni tidak didatangi hanya untuk meminta sumbangan, tetapi kontribusi secara nyata bagaimana membuat Unpad lebih maju. 

“Saya pikir itu menjadi salah satu kunci bagaimana alumni dapat berkontribusi terhadap kemajuan Unpad khususnya untuk mencapai Unpad yang bermanfaat dan mendunia dan saya pikir ini bukan tidak mungkin karena kita melihat di dunia luar negara-negara maju bagaimana alumni sangat kuat sekali dan itu menjadi soko guru yang sangat hebat untuk kemajuan suatu universitas,” jelas Arief pada pertanyaan terakhir segmen tanya jawab.

 

Dari paparan-paparan yang telah dikemukakan. Akankah Arief sebagai rektor baru Unpad mampu untuk merealisasikan visi-misinya itu? Nantikan jawabannya 4 tahun dari sekarang.

 

Reporter: Haeril M.H

Editor: Herdi Riswandi, Zulfa Salman

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *