Penembakan gas air mata oleh aparat di sekitar area kampus Universitas Islam Bandung (Unisba). / Sumber: Instagram @info.mahasiswaunisba 

Warta Kema – Pada Senin (01/09) malam hingga Selasa (02/09) dini hari, sejumlah aparat kepolisian menyerang area kampus di Bandung. Universitas Islam Bandung (Unisba) dan Universitas Pasundan (Unpas) Kampus Taman Sari, yang merupakan pusat evakuasi, menjadi korban dari penembakan gas air mata.

Dilansir dari akun Instagram @bandungbergerak, aparat kepolisian mulai menembakkan gas air mata dari luar gedung kampus Unisba sekitar pukul 21.55 WIB. Pada video yang ditayangkan pada Instagram story, terlihat bahwa aparat menembakkan beberapa kaleng gas air mata, yang mengakibatkan orang-orang sekitar lokasi berjatuhan. 

Aparat kepolisian juga sudah mulai menyerang Kampus Unpas. Dilansir dari akun Instagram @kontra1312, sebuah video yang diunggah pada pukul 00.23 WIB dini hari (02/09) menunjukkan kondisi di dalam Unpas Kampus Taman Sari yang dipenuhi gas air mata. Dalam video tersebut, terlihat bahwa sejumlah peserta aksi berlarian menuju gedung pada sisi gerbang selatan Unpas, diikuti dengan beberapa tembakan gas air mata. Berdasarkan rekaman yang diperoleh dari CCTV sekitar kampus, serangan air mata terjadi hingga pukul 00.06 WIB. 

Dilansir juga dari video yang diunggah oleh akun @info.mahasiswaunisba, aparat terlihat dengan jelas menembakkan gas air mata ke arah gedung kampus. Setelah itu, sekelompok aparat kepolisian mulai berkumpul di sekitar area Unisba. 

Usaha penerobosan aparat kepolisian ke dalam wilayah aman juga ramai dibincangkan di media sosial X. Dilansir dari akun @zenrs, video dari postingan yang dibuat pada pukul 00.38 WIB dini hari (02/09) menunjukkan kendaraan panser dari aparat kepolisian yang diduga berada di depan wilayah kampus. Personil dari aparat kepolisian pun bergerak menuju ke dalam wilayah kampus.

Dilansir dari akun @bakedgyu di media sosial X, korban dari penembakan petasan serta gas air mata ini tidak hanya massa aksi saja, tetapi melibatkan satpam penjaga kampus yang sedang bertugas.

Dokumentasi satpam penjaga kampus yang menjadi korban serangan aparat / Sumber: X @bakedgyu 

Ketua Umum Mapak Universitas Pasundan, Maria Loly, menjelaskan bahwa penembakan gas air mata dimulai pukul 23.30 WIB, terjadi dari jalan hingga halaman depan kampus (dekat area pos satpam). Pada saat itu, beberapa mahasiswa masih berada di halaman depan. Sebelum gas air mata ditembakkan sekitar pukul 23.00 WIB, kondisi kampus telah kondusif, tim medis juga sudah kembali ke sekretariat. Namun, ketika gas air mata ditembakkan, semua mahasiswa bergegas berlari menuju gedung sekretariat untuk mencari perlindungan dari efek gas air mata. 

“Begitu ada tembakan gas air mata mulai chaos lah tuh, kita masuk ke (sekretariat) sekre semua. Temen-temen yang di depan kampus juga semua diarahin ke gedung (Unit Kegiatan Mahasiswa) UKM, (pukul) 23.34 (WIB), ada tembakan di kampus Unpas, ada teman-teman dari (Badan Eksekutif Mahasiswa) BEM yang masuk ke sekre juga kan tadi, berlindung di sekre juga, dia yang share video tadi,” jelasnya. 

Maria kemudian menjelaskan bahwa terdapat sekitar 20 orang masuk ke dalam ruang sekretariat Mapak untuk berlindung dari gas air mata. Maria juga menjelaskan betapa sesaknya kondisi di dalam sekretariat UKM sebab efek gas air mata yang dilempar dan menyebar sampai ke dalam gedung sekretariat UKM. 

“Imbas gas air mata sampai ke gedung UKM,  ada sekitar 20-an orang tadi di dalam sekre mapak, (kami) kesesakan karena gas air mata plus banyak orang juga. (Gas air mata) dilemparnya itu di depan pos satpam banget. Terus beberapa kali tembakan, dan itu emang masuk sampe ke UKM. Sampe matanya merah, segala macem,” ucapnya. 

Sejak pukul 01.00 WIB, Maria bersama dengan beberapa mahasiswa lainnya sudah dievakuasi keluar dari gedung sekretariat. Namun, ia mengatakan bahwa masih ada sebagian mahasiswa yang terjebak dalam wilayah kampus.

“Kalau sekarang udah (dievakuasi), tapi di kampus masih ada, masih banyak dari (Korps Sukarela) KSR, terus anak-anak Mapak, beberapa juga yang kerja sama dengan KSR itu juga masih pada di kampus,” jelasnya.

Perkumpulan aparat di depan kampus Unisba. / Sumber: Instagram @info.mahasiswaunisba

Menanggapi wilayah Kampus Taman Sari yang dilempari gas air mata, Maria mempertanyakan aksi aparat yang kontradiktif dengan undang-undang, bahwasanya tidak boleh ada kekerasan dalam lingkungan pendidikan. Undang-undang yang dimaksud merujuk kepada Peraturan Menteri, Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Permendikbudriset) nomor 55 tahun 2024, yang melarang semua pihak untuk melakukan segala bentuk kekerasan dalam lingkungan pendidikan. 

“Seharusnya kan, ada juga ya di undang-undang, aparat itu nggak boleh masuk ke area kampus. Terus, ga boleh nyerang di sarana pendidikan,” jelasnya.

Maria juga menyebutkan, bahwa dari hari pertama aksi dimulai, massa aksi selalu menjadikan Unpas dan juga Unisba sebagai titik evakuasi. 

“Ini kenapa tiba-tiba aparat bisa nyampe ke wilayah kampus? Ini notabenenya dua kampus bersebelahan diserang. Infonya (juga) barengan,” tegasnya.

“Kita bisa liat sendiri aja, ditempat-tempat umum lain, ada oknum yang menyerang massa aksi, mahasiswa kampus lain yang ditusuk, dan sebagainya. Kalau udah kayak gini, gimana mahasiswa mau nyampein suaranya? Udah mah nggak didenger, diserang juga,” tuturnya lagi.

Maria turut menyuarakan kekecewaannya terhadap aparat yang menyerang wilayah kampus dan melontarkan kekerasan pada mahasiswa. Menurutnya, kampus seharusnya menjadi ruang aman untuk mahasiswa, namun peristiwa hari ini menunjukkan sebaliknya.

“Kalau udah kayak gini, mahasiswa mau lari dan berlindung kemana lagi sedangkan di luar sana juga udah ga aman?”

Penulis: Aisyah Kayla Syadina, Andrea Hillary Gusandi

Reporter: Fernaldhy Rossi Armanda, Firah Farisha Nasution, Ammara Azwadiena

Editor: Fernaldhy Rossi Armanda, Ammara Azwadiena

Authors

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *