
Mahasiswa Universitas Padjadjaran turun ke Gedung DPR RI di Jakarta untuk menggelar aksi damai menuntut pemenuhan 17 + 8 tuntutan rakyat pada pemerintah. / Sumber: Fotografi Warta Kema
Warta Kema – Pada Jumat (05/09), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Padjadjaran (Unpad) bersama dengan beberapa kelompok kolektif masyarakat menginisiasi aksi di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) di Jakarta. Tujuan dari aksi ini adalah untuk menagih janji pemenuhan 17 + 8 tuntutan rakyat yang diberikan tenggat pada hari ini saat demo berlangsung.
Melalui akun Instagram resmi @bem.unpad, aksi ini disebut sebagai “Piknik Nasional Rakyat” dan semua peserta aksi disarankan untuk memakai baju bernuansa pink, hijau, atau biru. Aksi digelar di depan Gedung DPR RI pada pukul 13.00 WIB dan berlanjut hingga pukul 16.30 WIB. Dilansir dari Kompas, Wakil Ketua BEM Unpad, Ezra Al Barra, memberikan konfirmasi bahwa aksi ini merupakan gerakan kolektif antara BEM Unpad bersama dengan Koalisi Masyarakat Sipil.

Masyarakat turun ikut aksi menggunakan baju warna pink terinspirasi dari Bu Ana, seorang peserta aksi yang sempat viral beberapa saat yang lalu. / Sumber: Fotografi Warta Kema
Aksi ini dilakukan untuk menuntut pemerintah agar menyelesaikan 17+8 tuntutan rakyat yang diberikan tenggat hari ini. 17+8 tuntutan rakyat adalah serangkaian tuntutan yang dibuat selama aksi unjuk rasa dari tanggal 25 Agustus lalu. Dikutip dari Detik, rangkaian tuntutan ini disusun oleh sejumlah influencer ternama, yakni Jerome Polin, Salsa Erwina, Andovi da Lopez, Andhyta Firselly Utami, Abigail Limuria, serta Fathia Izzati. Tuntutan tersebut juga merangkum desakan dari 211 organisasi masyarakat sipil, bersama dengan Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) juga Center for Environmental Law & Climate Justice (CELCJ) Universitas Indonesia.
17 + 8 tuntutan rakyat dibagi menjadi dua tipe tuntutan, yakni tuntutan jangka panjang dan jangka pendek. Tuntutan jangka pendek diberikan tenggat pada tanggal 5 September 2025, sedangkan tuntutan jangka panjang diberikan tenggat pada 31 Agustus 2026.

Mahasiswa memamerkan poster sebagai salah satu bentuk penyampaian tuntutan untuk pemerintah saat aksi berlangsung. / Sumber: Fotografi Warta Kema
Beberapa desakan yang termasuk tuntutan jangka pendek meliputi pembatasan keterlibatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam pengamanan sipil, pembentukan tim investigasi independen untuk menangani kasus korban kekerasan aparat, pembekuan kenaikan tunjangan anggota DPR, dan pengamanan ruang sipil. Sedangkan, sejumlah poin yang termasuk dalam tuntutan jangka panjang adalah reformasi DPR dan partai politik, penegasan Undang-Undang Perampasan Aset Koruptor, penguatan Komnas Hak Asasi Manusia (HAM), dan peninjauan ulang kebijakan sektor ekonomi dan ketenagakerjaan.

Masyarakat dari berbagai kalangan turut memberikan orasi saat aksi damai berlangsung. / Sumber: Fotografi Warta Kema
Menurut Karisha, seorang mahasiswa dari Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, aksi ini bertujuan untuk mendesak DPR untuk menyelesaikan semua tuntutan dengan cepat.
“Kita mau tuntutan itu dilaksanakan oleh DPR secepatnya, karena kita sudah menunggu sangat lama sebenarnya. Walaupun sudah diterima oleh DPR kemarin, tapi itu menjadi tugas mereka (sebagai) wakil rakyat untuk memenuhi sesingkat-singkat apapun waktunya,” ucapnya.
Terkait dengan aksi, Karisha merasa bahwa hari ini cukup teratur. Masyarakat yang turun ikut serta dalam aksi turut menjaga keamanan satu sama lain, dan juga saling mengingatkan agar tidak dehidrasi.
“Sebenernya (aksinya) lebih kondusif dari apa yang saya bayangkan dan juga saya cukup terharu dengan bantuan-bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak,” tutur Karisha.

Pengibaran bendera dilakukan oleh mahasiswa ketika melakukan long march menuju Gedung DPR RI. / Sumber: Fotografi Warta Kema
Hal yang sama dikatakan oleh Doni, seorang ojek online (ojol). Doni merasa bahwa semua massa aksi yang terlibat, walau datang dari latar belakang berbeda-beda, kompak dalam menyuarakan keluhan mereka kepada pemerintah dengan teratur.
“Alhamdulillah, saya sangat senang sekali bisa bercampur gini. Masyarakat, aparat, dan mahasiswa. Mudah-mudahan ini menjadi awal dari semua aksi damai bisa jadi seperti dulu lagi. Bisa semua bisa berjalan lancar,” jelas Doni.
Doni berharap bahwa tuntutan tidak hanya bisa dipenuhi, namun kondisi di Indonesia bisa kembali damai dan aman seperti semula.
“Untuk tuntutan-tuntutan, semoga semuanya bisa berjalan lancar, bisa sukses, dan bisa kembali lagi seperti semula. Damai, damai, damai, cinta damai.”
Penulis: Andrea Hillary Gusandi, Sabila Luthfia Hana
Reporter: Ammara Azwadiena
Editor: Syafina Ristia Putri, Alifia Pilar Alya Hasani, Fernaldhy Rossi Armanda
