Janji Pelatihan Mitigasi Bencana di Unpad Belum Terpenuhi

Rancaekek dilanda bencana tornado pada Rabu (21/02) sore yang memicu Ketua Pusat Riset Kebencanaan Universitas Padjadjaran (Unpad) Yoga Andriana Sendjaja merencanakan pelatihan mitigasi bencana di Unpad. Yoga sudah memberikan pernyataan tersebut kepada Warta Kema pada Jumat (01/03). Ia menjelaskan pelatihan mitigasi bencana untuk sivitas akademika Unpad akan dilaksanakan setelah Idulfitri 1445 H.

 

Worst scenario-nya setelah lebaran, tapi semester ini,” katanya kepada Warta Kema, Jumat (01/03). 

 

Akan tetapi, di manakah janji pelatihan ini sekarang?

 

“Ini kan program saya tahun lalu sebagai Kepala Pusat Riset Kebencanaan, cuman, ya, dengan kesibukan pribadi jadinya agak terhambat. Hanya saja mungkin karena kalender akademik yang sibuk, kita lagi cari waktu yang diusahakan akan dilakukan pada semester ini,” ujar Yoga Andriana Sendjaja kepada Warta Kema, Senin (27/05).

 

Ia menyatakan bahwa Pulau Jawa, khususnya Jawa Barat rentan bencana; gunung meletus dan gempa bumi. Kepada Warta Kema, Yoga mengatakan bahwa pada Jumat (26/04) ia menginisiasi sosialisasi mitigasi bencana dengan Kepala Pusat Keselamatan, Keamanan, & Ketertiban Lingkungan (K3L) Unpad Teguh Husodo untuk seluruh manajer sumber daya di setiap fakultas. 

 

“Terakhir kita mengadakan sosialisasi itu kita mengundang beberapa PLP (Pranata Laboratorium Pendidikan) atau laboran, manajer sumber daya, dan beberapa wakil dari tiap direktorat. Pas setelah kita sosialisasi–mungkin lima hari setelah itu–terjadi gempa yang 5.9,” ucap Yoga.

 

Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Garut mengalami gempa bumi dengan magnitude 6.2 pada Sabtu (27/04) pukul 23.29 WIB, Jatinangor, Sumedang menjadi salah satu daerah yang terkena guncangan dari gempa bumi mainshock.

 

Yoga juga menambahkan bahwa mitigasi bencana di lingkungan Unpad tidak hanya untuk menanggapi gempa bumi, tetapi juga untuk kecelakaan seperti kebakaran di laboratorium atau kelas.

 

“Bencana berupa kebakaran bisa terjadi di laboratorium atau ruangan-ruangan yang mengandung bahan mudah terbakar. Misalnya kita lihat barang-barang yang voltasenya gak bener. Mungkin kita ninggalin LCD proyektor lupa dimatiin, kan (bisa) terjadi kebakaran. Bagaimana kalau misalnya sekarang ini sedang ada mata kuliah, tiba-tiba ada gempa? Saya pikir tidak semua orang tahu apa yang harus dilakukan,” ucap Yoga. 

 

Ia juga sempat menanyakan kepada pihak Direktorat Sarana dan Prasarana Unpad perihal sirine yang belum diterapkan dalam lingkungan kampus. Yoga merencanakan untuk mengatur pelatihan rutin dengan mengikutsertakan perwakilan dari dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa dari setiap fakultas. 

 

“Jadi nantinya, sih, rutin; tiap tiga bulan atau dirotasi, lah. Misalnya pelatihan dan simulasi batch pertama (ada) lima orang (selanjutnya) nambah lagi, sehingga kalau itu dilakukan mungkin selama dua tahun atau empat semester, at least 20 persen civitas akademika di (setiap) fakultas itu sudah tanggap bencana,” ungkap Yoga.

 

Pelatihan mitigasi bencana menjadi hal yang wajib dilakukan dalam lingkungan kampus untuk menghindari adanya korban dan kepanikan berlebih. Jika kalender akademik tidak menyediakan waktu untuk hal tersebut, maka potensi jumlah korban tidak akan mengecil.

 

Reporter : Naia Emmyra
Editor : Shakila Azzahra M., Zulfa Salman

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *