
Odong adalah sebutan dari bus angkutan umum yang beroperasi di lingkungan Universitas Padjadjaran (Unpad). Odong merupakan salah satu jenis transportasi yang diandalkan oleh mahasiswa maupun civitas academica Unpad dalam kegiatan sehari-harinya. Akun Odong Ceria, disingkat Ocer, ramai dikenal di sosial media TikTok maupun di kalangan penumpang odong Unpad lantaran kontennya yang menampilkan keseharian odong Unpad dari sudut pandang sopir angkutan umum ini.
Publik mengenal pemilik akun ini dengan panggilan Pak Ocer. Pak Ocer memiliki nama asli Ujang Mochtar, atau biasa dipanggil Umuh. Ialah sopir odong Unpad di balik nama pengguna akun @akankuantar di sosial media Tiktok.
Di Balik Layar Odong Ceria
Laki-laki berusia 34 tahun ini aktif memulai perjalanan membuat kontennya pada tahun 2024. Umuh mengunggah video-video di TikTok dengan tujuan mengenalkan Unpad dan fasilitas odong kepada publik. Menurutnya, TikTok adalah sosial media yang digunakan secara luas oleh seluruh kalangan masyarakat dari berbagai usia sehingga cocok dengan tujuan tersebut. Selain tujuan mengenalkan Unpad dan angkutannya, ia juga berharap kedepannya bisa menambah penghasilan lewat membuat konten.
“Lebih ke edukasi aja bahwa di Unpad itu ada angkutan kampus, terus layanannya kayak gini. Jadi, biar (bisa) dijangkau orang luar (kalau) odong (adalah) salah satu ikon Unpad. Masyarakat jaman sekarang tuh pake TikTok, dari anak kecil sampai dewasa. Bisa menambah penghasilan juga kalau kita konsisten. Untuk saat ini mungkin belum, lah. Kalau kedepannya mungkin bisa,” ungkapnya.
Dari akun tersebut, Umuh dikenal oleh banyak orang, terutama kalangan mahasiswa. Ia kerap disapa di jalan dengan berbagai nama panggilan. Bahkan, ia juga banyak dikenal oleh mahasiswa universitas lain di Indonesia.
“Banyak juga yang menyapa di jalan. Kalau yang tau nama (memanggil dengan) Pak Umuh, ada juga Pak Ocer dan Pak Kalcer. Ada dari UB (Universitas Brawijaya) dan UI (Universitas Indonesia), kegiatan kunjungan ke Unpad, kebetulan saya drivernya, terus saya izin konten katanya boleh, emang konten saya bisa nyampe ke mereka juga, ada yang tau,” imbuhnya.
Nama tampilan akun TikTok awalnya bukan Odong Ceria, tetapi diubah karena usulan yang disampaikan penumpang. Umuh menyesuaikan nama yang ia rasa lebih sesuai dengan pribadinya.
“Dulu tuh, namanya Odong Unpad kalau nggak salah. Tapi, terus ada anak mahasiswa yang sering request ke bapak, bikin konten dong, namanya Odong Kalcer. (Saya menjawab) nggak usah, (saya) udah tua, namanya Odong Ceria aja nih, biar mudah diingat,” jelasnya.
Karena profesinya sebagai sopir, ia membuat nama pengguna yang relevan dengan pekerjaan sehari-hari yang termuat dalam video kontennya.
“Karena saya di bidang jasa, ya udah, nama (akunnya) akankuantar, kenapa? Oh iya, (karena) akan aku antar (mengantar penumpang dengan odong),” tambahnya.
Umuh biasa membuat konten Odong Ceria sehari sekali, yaitu di pagi hari saat menuju pos pertama odong di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Barat. Ia juga membuat konten saat ramai penumpang atau ada penumpang yang dirasa antusias untuk berinteraksi.
“Yang seringnya tuh, pas pertama turun pagi-pagi ke UKM Barat, terus bikin video (konten) gitu aja (karena) suasananya ramai. Kadang-kadang ada situasi tertentu kayak ini anaknya (penumpang mahasiswa) asik nih,” ungkapnya.
Dalam membuat konten, Umuh juga memperhatikan etika. Ia mempertimbangkan situasi dan hanya akan merekam dengan seizin penumpang yang masuk dalam konten.
“Saya juga punya etika lah ya. (Saya sering mempertimbangkan) ini kayaknya anaknya lagi nggak mau diganggu, saya juga nggak akan (ajak) ngobrol. Kalau anaknya (penumpang) aktif, saya masih izin dulu boleh nggak saya izin konten,” tambahnya.
Sosok Pak Ocer dikenal positif dan ceria. Umuh mengaku citra tersebut bukan sesuatu yang sengaja ia bangun, melainkan memang pribadinya senang bersosialisasi. Menurutnya, berinteraksi dengan orang lain memberikannya energi dan semangat.
“Pribadi saya memang kayak gini, karena saya senang (ber)sosialisasi. Jadi, saya lebih semangat kalau berinteraksi (dengan orang lain), bisa tambah semangat karena lingkungannya,” ujarnya.
Ia juga merasa bahwa pribadinya yang mudah bergaul dihasilkan dari keluarga dan tempat lingkungannya bertumbuh. Umuh terbiasa berinteraksi dengan siapa pun tidak peduli perbedaan generasi, lebih tua maupun lebih muda.
“Mungkin karena lingkungan saya juga orang tua (yang) menerapkan, dulu pendidikannya tetap (berinteraksi) sama orang lain walaupun sama yang kecil sampai yang lebih tua,” ungkapnya.
Odong Ceria menjadi kebanggaan sendiri bagi Umuh. Ia senang odong Unpad dapat dikenal secara luas, tidak hanya mahasiswa dan civitas academica Unpad, tetapi juga orang tua mahasiswa hingga masyarakat di luar Unpad. Umuh juga merasa ia menginspirasi rekan sopir lainnya untuk membuat konten sepertinya.
“Alhamdulillah secara tidak langsung (saya bisa) menginspirasi orang lain, rekan-rekan driver bikin konten juga, banyak yang bikin juga ‘kan di PSDKU. Konten-konten TikTok saya diterima oleh banyak kalangan, ada suatu kebanggaan dari itu, membuat saya pribadi lebih semangat lagi dalam bekerja,” ungkapnya.
Dinamika Odong: Sopir dan Penumpang
Umuh dulunya adalah guru honorer di SD Rancakalong. Dengan upah minim, ia memilih untuk beralih profesi menjadi sopir odong di Unpad. Umuh mulai bekerja sebagai sopir pada tahun 2018. Dikutip dari kanal resmi Hubungan Masyarakat (Humas) Unpad melalui laman unpad.ac.id, sekitar tahun 2017, angkutan umum Unpad bertransisi dari angkutan warga menjadi armada bus yang baru.
“Dulu memang kecil banget uang honorernya, sebulan Rp300.000,00. Terus dapat kabar Unpad butuh driver. Dulu ada angkutan warga yang disewa Unpad, karena odongnya udah nggak layak jalan, itu dihilangkan, driver ditarik ke Unpad,” ujarnya.
Umuh bercerita bahwa prinsipnya sebagai penyedia jasa adalah menciptakan suasana yang nyaman bagi pengguna jasanya, yaitu penumpang. Dirinya sering berinteraksi dan berbincang dengan penumpang. Namun, ia tetap menyesuaikan diri dengan situasi dan karakteristik penumpang. Karena kepribadianya tersebut pun, beberapa penumpang senang berlama-lama naik odong dengan Umuh.
“Gimana caranya bisa diterima oleh pengguna, bisa menciptakan suasana nyaman, jangan sampai risih. Misalkan penumpang ini anaknya diem, saya nggak ada interaksi lah. Kalau keliatan nih yang asik, jadi diajak ngobrol, gitu aja. (Prinsipnya) bisa merapatkan diri, kita kerja di mana kita bekerja. Pernah (penumpang) duduk berempat di depan (dekat kursi sopir), sedangkan di belakang juga masih kosong, sampai dua atau tiga kali (penumpang ikut) keliling,” ujarnya.
Namun, Umuh juga menyayangkan adanya beberapa penumpang yang kurang sopan, seperti tidak mengucapkan terima kasih saat turun atau menutup pintu dengan keras. Umuh tidak segan menegur beberapa penumpang yang tidak sopan, terutama yang sudah berulang beberapa kali.
“Kalau turun kadang cuek, pergi aja tinggal pergi nggak bilang terima kasih atau gimana. Terus ada juga (penumpang) yang menutup pintu keras atau pakai kaki, (saya jadi) sedih ‘kan. Oknum aja, banyak mahasiswa yang respect, yang masih menghormati. Kadang saya tegur (seperti) ‘maaf ya jangan pakai kaki,’ karena nggak sekali dua kali (kejadiannya terjadi). Tegurnya yang mereka bisa terima karena saya juga orangnya menjaga perasaan orang lain,” tegasnya.
Umuh juga menemui ada beberapa penumpang yang tidak menjaga kebersihan. Ia dan sopir lain sering kali harus membersihkan armada sebelum digunakan di pagi hari.
“Kadang masih banyak anak-anak yang buang sampah di dalam odong. Yang orang nggak tau, kita sendiri yang bersihin. Kadang-kadang kita datang jam paling siang (sekitar pukul) 07.30 lah ya, langsung ke odong, ngecek dulu, dibersihin dulu. Maksudnya hal sepele, buang sampah masih di dalam odong,” keluhnya.
Menurut Umuh, seharusnya semua orang dapat saling berempati, juga menghargai dan menghormati sesama, terutama di kampus sebagai lingkungan akademik. Menurut Umuh, ia dan rekan-rekan sopir odong secara tidak langsung turut berkontribusi atas kesuksesan mahasiswa Unpad dengan mengantar mereka ke tempat menuntut ilmu sehari-hari. Apabila dihormati oleh penumpang, Umuh dan sopir odong lain turut merasa bangga akan pekerjaannya.
“Walaupun saya bekerja sebagai driver, tapi kita harus bisa saling menghargai, apalagi kita di lingkungan pendidikan. Untuk kita masa depan gitu ‘kan, kalau (sekarang) kayak gitu (tidak beretika) gimana nanti kalau sudah sukses, ‘kan sangat disayangkan sekali. Bukan meminta diberi itu (dihormati), tapi jadi satu kebanggaan kalau mereka (penumpang) saling menghormati kepada driver. Secara langsung saya dan rekan-rekan driver (merasa) menciptakan orang-orang sukses, (walau) tidak memberi ilmu secara langsung,” ungkapnya.
Umuh berharap sesama pengguna odong dapat saling menghargai. Ia juga ingin penumpang lebih peduli dan sadar untuk ikut menjaga odong sebagai fasilitas umum.
“Pesan Bapak sebagai driver odong, harus ramah lah, ke semua orang, ke sesama penumpang saling menghargai. Ini ‘kan odong milik kita bersama, saya (sopir) yang ngerawat, minimal mereka (penumpang) yang menjaga. Buang sampahnya, hal-hal seperti itu lah,” ujarnya.
Penulis : Kejora Sava Kirana Az-Zahro Zuhri
Editor : Alifia Pilar Alya Hasani, Fernaldhy Rossi Armanda, Ammara Azwadiena Alfiantie
Foto : Muhammad Fadlan Syahidurrohman, Fernaldhy Rossi Armanda