Puluhan Beam parkir rapi di dekat Gedung Rektorat (Gambar: Warta Kema/Ahmad D.R.P. Bagaskara)
Jatinangor, Warta Kema – Siang itu, Senin (27/11) sekitar pukul 14.00 WIB, para peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) sedang asyik mengelilingi luasnya Kampus Universitas Padjadjaran (Unpad) dengan mengendarai sepeda listrik.
Mereka terpantau berlalu-lalang memakai kendaraan roda dua tersebut usai menghadiri acara pembukaan Pimnas ke-36 di halaman depan Gedung Rektorat Unpad yang dihelat pada pukul 08.00 hingga 10.00 WIB.
Salah satu peserta Pimnas dari Universitas Brawijaya (UB) Sinatrya Vian, misalnya. Saat itu, ia terlihat asyik mengendarai sepeda listrik bersama dua orang temannya. Ketiganya terlihat memacu sepeda listrik mereka dari arah Perpustakaan Pusat Kandaga menuju Gedung Student Center Unpad di tengah sinar matahari yang agak tertutup awan.
Lantas, timbul pertanyaan, dari mana sepeda listrik tersebut berasal? Bagaimana bisa para peserta Pimnas mendapat kesempatan untuk mengendarai sepeda listrik? Sebab, Unpad diketahui tidak memiliki sepeda listrik sebagai sarana transportasi bagi mahasiswanya.
Sebagai informasi, sepeda listrik yang menjadi sarana transportasi bagi peserta Pimnas bernama Beam. Sepeda listrik tersebut hadir dari hasil kerja sama Unpad dengan Beam Mobility. Dilansir laman resmi Unpad, Unpad dan Beam Mobility sepakat menghadirkan 500 unit sepeda listrik untuk menjadikan Unpad sebagai kampus yang ramah lingkungan (go green campus).
Dilansir laman ridebeam.com, Beam Mobility merupakan sebuah perusahaan rintisan (start up) teknologi asal Singapura yang memproduksi kendaraan ramah lingkungan. Beberapa di antaranya, seperti skuter listrik dan sepeda listrik.
Respons Positif Beam
Peserta Pimnas mengendarai Beam (Gambar: Warta Kema/Ahmad D.R.P. Bagaskara)
Kehadiran Beam sebagai sarana transportasi di Kampus Unpad Jatinangor tentu menuai respons positif dari para peserta Pimnas. Dari Vian, misalnya. Dengan kehadiran Beam, ia merasa terbantu untuk melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat lain.
“(Kehadiran Beam) sangat membantu, ya. Soalnya, Unpad jarak fakultasnya jauh-jauh,” ujar Vian kepada Warta Kema.
Salah satu rekan Vian, Dhenasya, yang juga telah “mencicipi” Beam pun mengutarakan hal yang sama. Ia mengaku merasa terbantu dengan kehadiran Beam sebagai sarana transportasi di Kampus Unpad, mengingat Kampus Unpad yang begitu luas serta kontur tanahnya yang naik-turun.
“Seneng banget sih, Kak. Soalnya, memang jarak tempat yang mau kita datengin itu jauh, ya. Tempat markasnya UB, kan, di FMIPA. Terus, abis itu, kita juga harus ke FKG dan itu (jaraknya) lumayan jauh. Apalagi, kita (jalannya) harus naik turun,” ungkap Dhenasya.
Selain dari peserta Pimnas, kehadiran Beam sebagai sarana transportasi di Kampus Unpad juga menuai respons positif dari para panitia. Sebab, Beam bukan hanya diperuntukkan sebagai sarana transportasi bagi para peserta Pimnas saja, melainkan juga bagi para panitia.
Contohnya saja dari seorang reporter teks Pimnas, Fella Rifnawati. Meski sempat kesal lantaran harus berebut Beam dengan pengguna lainnya, ia mengaku merasa amat terbantu dengan kehadiran sepeda listrik tersebut. Sebab, menurutnya, kehadiran Beam bisa memudahkan mobilitas panitia Pimnas yang harus siap “ke sana ke mari” untuk memenuhi tugas.
“Overall, untuk Beamnya sendiri sih menurut aku enak dan sangat memudahkan mobilitas. Terus, aku juga seneng ada Beam,” ujar Fella.
Senada dengan Fella, seorang liaison officer (LO) Pimnas untuk Universitas Gadjah Mada (UGM), Lintang Andini Diva Brilianti, juga berpendapat demikian. Ia mengaku merasa terbantu oleh kehadiran Beam yang mempermudah mobilitas panitia dari satu tempat ke tempat lain. Apalagi, itu merupakan kali pertama dirinya mengendarai sepeda listrik.
“Enak, ya, buat mobilitas. Apalagi, Unpad, kan, luas juga. Jadi, cukup terbantu. Apalagi, dia (Beam) cukup mudah juga ya, pemakaiannya. Tinggal digas aja. Terus dia ringan juga,” kata Lintang.
Sistem Beam Dikeluhkan Pengguna
Sebagai informasi, sebelum berkendara dengan Beam, pengguna harus terlebih dahulu melakukan scanning melalui aplikasi Beam. Itu bertujuan untuk mengaktifkan Beam dan membuka kunci helm yang ada di keranjang. Setelah scanning, barulah pengguna bisa bebas berkendara dengan Beam selama kurang lebih 30 menit.
Meskipun, mendapat respons positif, tetapi terdapat beberapa keluhan yang dirasakan oleh para pengguna Beam, salah satunya dari Fella. Ia mengeluhkan Beam yang terkadang tidak bisa di-scan saat dirinya ingin berkendara dengan sepeda listrik tersebut.
“Tadi tuh pas aku mau naik, banyak trouble gitu. Jadi, (Beam) enggak bisa di-scan. Tapi, akhirnya tetep bisa digas. Tapi, jadi enggak bisa pakai helmnya karena pas di-scan, (ada) trouble,” kata Fella.
Parkir Beam Jadi Perhatian
Zona parkir Beam (Gambar: Warta Kema/Ahmad D.R.P. Bagaskara)
Selain Beam yang terkadang tidak bisa di-scan, ada juga keluhan lain yang datang di tengah kehadiran Beam di Kampus Unpad. Parkir sembarangan, misalnya. Masalah itu terjadi di hari kedua Beam mulai digunakan oleh peserta, panitia, dan para stakeholder Pimnas, yakni pada Senin (27/11).
Pada hari itu, terlihat banyak Beam terparkir di tempat yang bukan seharusnya akibat baterai sudah habis. Namun, yang menjadi perhatian yaitu ketika Beam parkir sembarangan justru menghalangi pengguna transportasi lain. Namun, kondisi berbeda ditemukan pada Selasa (28/11). Berdasarkan pantauan Warta Kema, saat itu, pukul 12.45 WIB, Beam yang tidak terpakai sudah terlihat berjejer rapi di parkiran.
Sayangnya, ketidaktertiban pada Senin (27/11), terulang kembali pada Selasa (28/11) sekitar pukul 18.40 WIB. Saat itu, berdasarkan pantauan Warta Kema, terlihat beberapa Beam yang terparkir di pinggir jalan Jalur soshum. Selain itu, terlihat pula beberapa Beam yang parkir sembarangan di area sekitar Tanjakan Cinta (Tacin).
Ke depannya, 500 unit Beam yang telah disediakan Unpad akan terus dimanfaatkan sebagai sarana transportasi bagi para mahasiswa. Tidak hanya selama Pimnas saja, tetapi juga untuk masa-masa selanjutnya.
Beam, sebagai sarana transportasi yang ramah lingkungan juga akan mendorong Unpad untuk menjadi kampus yang rendah emisi karbon. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran tinggi dari para pengguna Beam, baik dari para mahasiswa maupun sivitas akademika lainnya untuk selalu menjaga serta merawat fasilitas tersebut.
Reporter: Ahmad D.R.P. Bagaskara
Editor: Khansa Nisrina P