Warta Kema — Sampah biasanya dihasilkan dari kegiatan manusia, seperti sampah domestik hingga sampah industri. Selain itu, sampah juga bisa muncul karena proses alam. Timbulan sampah yang tak dapat dihindari membuat kita menampungnya di tempat sampah demi kebersihan lingkungan. Tempat sampah seringkali menjadi fasilitas publik yang disediakan di tempat-tempat umum, salah satunya di kampus. Lantas, bagaimana fasilitas tempat sampah di Universitas Padjadjaran (Unpad)?
Apa Kata Mahasiswa Unpad?
Mutia, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) angkatan 2024 mengatakan, “Tempat sampah di Unpad itu sangat, sangat kurang. Soalnya, di jalan, tuh, kayaknya nggak ada, deh, tempat sampah. Bahkan, aku dari FIB jalan (jalan kaki ke asrama), nggak pernah nemu tempat sampah. Jadi, aku buang sampah, tuh, di kamar. Kayaknya di setiap fakultas juga kurang (tempat sampah).”
Tempat sampah yang jumlahnya masih sedikit bagi mahasiswa, membuat mereka perlu menyimpan sampah dalam jangka waktu yang lama hingga membuangnya di tempat sampah yang hanya tersedia di tempat tertentu.
“Saya sebagai pengguna jalan di Unpad dan saya tidak memakai kendaraan which is pakai odong, biasanya, kan, sebelum kita naik odong kita jajan di kantin. Nah, limbah plastiknya, tuh, aku selalu bingung, karena nggak ada (tempat sampah), bahkan di halte tempat kita duduk aja nggak ada,” ucap Gie, mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) angkatan 2024.
Banyak Tempat Sampah Dicuri
“Tempat sampah itu bukan tidak ada, tadinya ada, selama bertahun-tahun ini kita berkali-kali memasang tempat sampah di jalanan, di trotoar. Apalagi sebelum COVID hampir setiap tahun (memasang tempat sampah), pas COVID kita memang stop ya. Persoalannya sederhana sih, dicuri,” ujar Edward Henry, Direktur Sarana, Prasarana, dan Manajemen Aset Unpad.
Menurut keterangannya, pencurian ini sudah terjadi sejak lama, bahkan sejak sebelum Covid-19 menyerang Indonesia. Motif dari pencurian ini tidak lain tidak bukan adalah uang, tempat sampah yang dicuri akan dijual pelaku untuk mendapatkan uang. Pihak universitas kesulitan menyaring orang-orang yang masuk ke Kampus Unpad Jatinangor, sehingga kasus pencurian masih belum ditindaklanjuti hingga kini. “Kita udah coba bahannya plastik, dicuri. Bahannya logam, dicuri juga. Jadi, kita, nih, kadang bingung, mau bahan apa lagi yang kira-kira tidak dicuri, ya?” ucapnya.
Menurut Edward, kasus pencurian tidak dapat menjadi alasan minimnya pengadaan tempat sampah sebagai fasilitas publik. Dirinya turut menerangkan bahwa ada beberapa pertimbangan terkait pengadaan tempat sampah di lingkungan kampus, salah satunya perubahan alur mobilisasi mahasiswa pasca pembukaan Tugu Makalangan.
Edward melanjutkan, “Sekarang penyesuaian dulu setelah gerbang dibuka, nanti perubahannya seperti apa, numpuknya di mana. Karena kalau yang jarang dilalui mahasiswa ya ngapain juga, mubazir juga. Semoga tidak dicuri.”
Edward Henry mengaku sudah merencanakan waktu yang sesuai untuk mulai mengadakan tempat sampah di lingkungan Kampus Unpad Jatinangor. Dengan adanya masalah pencurian, Edward berusaha mencari solusinya.
“Saya akan melaksanakan sekitar akhir Januari, awal Januari belanja dulu, berapa banyak yang dibutuhkan. Kemudian juga butuh waktu untuk masangnya karena dudukan (penyangga) harus di-cor kan, harus disemen, tiangnya juga. Tergantung model, sih, ya, kalau yang paling susah dicuri harus ada tiangnya, kalau dicuri pun dia perlu tenaga besar atau bawa gergaji. Ke depan saya mungkin tadi, konstruksinya nyimpennya harus lebih kuat, yang kedua di jalur yang ramai saja, kalau yang sepi kayaknya dicuri lagi,” jelasnya.
Edward juga menyebutkan bahwa perubahan alur lalu lintas yang diawali di Tugu Makalangan (Gerbang Lama) akan menjadi suatu pertimbangan dalam penempatan tempat sampah. Tempat sampah akan disediakan di tempat-tempat yang strategis, yang ramai dilalui mahasiswa agar penggunaannya maksimal dan terhindar dari pencurian lagi.
Reporter: Hirina Naura Faiza Mahappy
Editor: Luh Muni Wiraswari, Zulfa Salman
Fotografer: Faiza Karimah