Foto: Warta Kema/Sarah Fauziah
Gagasan awal mengenai pengadaan Perpustakaan Nasional muncul pada tahun 1980. Tujuan utamanya adalah mengupayakan pengintegrasian perpustakaan-perpustakaan besar yang sudah dimiliki negara. Upaya ini melalui proses yang cukup panjang, dimana Perpusnas tidak langsung menjadi satu perpustakaan yang terintegrasi secara fisik. Selama 7 tahun, seluruh koleksi milik Perpusnas masih tersebar di tiga tempat berbeda. Memasuki tahun ke-9, akhirnya gedung Perpustakaan Nasional Republik Indonesia resmi dibuka dan gagasan awal mengenai pengintegrasian perpustakaan secara konkrit telah terlaksana. Peresmian gedung Perpusnas pada tahun 1989, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1989 yang menyatakan bahwa Perpustakaan Nasional, setelah digabung dengan Pusat Pembinaan Perpustakaan (pimpinan Drs. Soekarman, MLS), menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Perpusnas memiliki jadwal pada hari Senin-Jumat pukul 08.00-16.00 WIB dan hari Sabtu-Minggu pukul 09.00-15.30 WIB. Sedangkan pada Hari Cuti Bersama maupun Hari Libur Nasional, Perpusnas ditutup. Selama pandemi Covid-19, perpusnas memiliki peraturan serta protokol kesehatan yang harus diterapkan, yaitu pengunjung perlu melakukan scan QR aplikasi PeduliLindungi dengan minimal vaksin dosis satu. Kuota pengunjung juga dibatasi sebanyak 1000 pemustaka perhari.
Seiringnya berkembangnya teknologi, Perpusnas telah banyak berinovasi. Selain menjadi ruang baca yang nyaman, tempat ini juga menjadi salah satu pelestari khazanah budaya bangsa. Terdapat beberapa naskah kuno yang tercatat sebagai Memory Of The World (MoW) UNESCO yaitu Ila Galigo, Naskah Panji, Babad Diponegoro, dan Kitab Negarakertagama. Sejak tahun 2017 Perpusnas ditetapkan menjadi perpustakaan nasional tertinggi di dunia dengan tinggi mencapai 126,3 meter yang memiliki 27 lantai termasuk tiga lantai dasar yang merupakan basement.
Perpusnas memiliki ruangan-ruangan khusus yang terdapat di beberapa lantai seperti ruang auditorium yang dapat menampung 200 orang, ruang serbaguna dengan daya tampung 300 orang, mini theatre berkapasitas 35 orang, dan ruang baca khusus yang diperuntukkan bagi pemustaka yang memiliki kartu keanggotaan.
Penulis : Hanna Elizabeth, Syafina Aulia, Cantikya Rahma, Najwa Syifa
Fotografer : Rana Mufidah, Nisrina Nur Aini, Sarah Fauziah
Editor : Sarah Fauziah