Potret Dede Udin alias ‘Mang Dede’, penjual tahu problem solving di Unpad (Sumber: Warta Kema/Khairunnisa Mukinin)
Jatinangor, Wartakema – Nama Mang Dede tentu sudah tidak asing terdengar di telinga mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad). Namanya menjadi populer di kalangan mahasiswa sejak dirinya konsisten berjualan tahu sumedang di sekitar kampus. Sejak tahun 2009, pria bernama asli Dede Udin ini menjajakan dagangannya keliling Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Fakultas Peternakan (Fapet), dan beberapa fakultas ranah saintek lainnya.
Karir Mang Dede dalam berjualan tahu bermula saat dirinya menjadi seorang buruh pabrik tahu di Sumedang. Sekian lama mengabdi pada pabrik, Mang Dede memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan melanjutkan hidup bersama istri dan anak-anaknya dengan berjualan tahu keliling. Tak ada yang dapat menyangka bahwa keputusan besar tersebutlah yang mengantarnya bertemu dengan para mahasiswa Unpad. Saat ini, Mang Dede hanya fokus berjualan di fakultas ranah soshum, seperti Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Fakultas Hukum (FH), dan Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom). Mulai sekitar pukul 9 pagi, Mang Dede sudah nangkring di Fikom sambil membawa ratusan tahu Sumedang. Setiap hari berjualan, dagangan Mang Dede hampir selalu ludes. Namun, tak jarang Mang Dede harus membawa pulang kembali sisa dagangannya karena tidak habis terjual.
Mengenal Tahu Problem Solving
Tahu problem solving Mang Dede – tahu sumedang legendaris di Unpad (Sumber: Warta Kema/Khairunnisa Mukinin)
Dikenal dengan sebutan “tahu problem solving”, tahu dagangan Mang Dede ini sejatinya merupakan tahu khas Sumedang seperti pada umumnya. Namun, Mang Dede berhasil membuat branding unik dan menarik perhatian mahasiswa. Usut punya usut, istilah problem solving ini dibuat oleh Mang Dede dengan harapan dapat membantu mahasiswa menyelesaikan segala permasalahan di kampus.
“Supaya ada daya tarik tersendiri, jadi amang kasih nama (produknya) tahu problem solving. Amang ambil nama ini biar menarik perhatian. insyaallah (kalau makan tahu problem solving) pola pikir meningkat, jadinya semua masalah dapat terselesaikan, terutama masalah kelaparan,” jelas Mang Dede.
Mang Dede sendiri lah yang membuat nama tahu problem solving tersebut. Mang Dede bercerita, saat berjualan di daerah FIB, Mang Dede kerap kali belajar berbagai bahasa dari mahasiswa berbagai jurusan.
“Mang Dede belajar bahasa Jepang sama anak Sastra Jepang kalimat ‘totemo oishii’, kalo dari Tionghoa ‘hau ce’, dari (mahasiswa) Sastra Inggris belajar ‘delicious’. Itu semua artinya enak sekali,” terang Mang Dede bersemangat.
Selain dikenal karena penjualnya yang sangat dekat dengan mahasiswa, tahu problem solving ini juga dikenal manjur dan kerap dijadikan jimat oleh beberapa mahasiswa. Mang Dede menjelaskan, beberapa alumni saat masih berkuliah di Unpad kerap memberikan kabar bahagia berupa nilai UTS atau UAS yang bagus setelah mengonsumsi tahu Sumedang dagangannya. Mereka berasumsi bahwa tahu Sumedang inilah yang berperan penting dalam kesuksesan mereka. Menurut Mang Dede, itu semua terjadi bukan semata-mata karena mengonsumsi tahu dagangannya, melainkan karena doa yang Mang Dede panjatkan kepada mereka serta perjuangan yang telah mereka kerahkan. Hal ini dipertegas kembali oleh Mang Dede bahwa sejatinya tahu problem solving yang dijualnya dapat menjadi penyelamat para mahasiswa yang kelaparan dan tidak sempat sarapan. Oleh karena itu, nilai UTS atau UAS mereka bagus bukan semata-mata karena tahu problem solving yang mereka konsumsi mengandung jimat keberuntungan.
Popularitas Mang Dede di Media Sosial
Laman twitter pribadi Mang Dede (Sumber: Warta Kema/ Khairunnisa Mukinin)
Siapa sangka, kini keberadaan Mang Dede sebagai penjual tahu problem solving makin terlihat. Seiring berjalannya waktu, makin banyak mahasiswa Unpad di luar ranah soshum yang mengenal dirinya. Hal ini terjadi karena didukung oleh keberadaan akun media sosial Mang Dede.
Yaps, kini Mang Dede telah memiliki akun media sosial pribadi untuk mempromosikan dagangannya. Mang Dede menjelaskan bahwa akun media sosial dalam platform twitter tersebut dibuat oleh mahasiswa Fikom Unpad. Meskipun belum terlalu efektif digunakan sebagai media promosi, akun dengan username @MangDedeFikom itu telah berhasil meraih 140 followers sesaat setelah dibuat. Selain itu, nama Mang Dede juga kerap kali berseliweran di akun menfess Unpad, yaitu @DraftAnakUnpad. Lewat kedua akun sosial media twitter tersebut, Mang Dede menjadi makin dikenal, bahkan tak jarang banyak mahasiswa fakultas lain datang ke Fikom hanya untuk mencari Mang Dede. Ajaibnya, Mang Dede selalu hafal dengan nama mahasiswa yang menjadi pelanggannya. Hingga saat ini, Mang Dede juga tidak pernah melupakan nama alumni-alumni yang telah memperkenalkannya pada dunia digital.
Kehidupan Mang Dede Selama Pandemi
Pandemi mengubah hidup seseorang, begitu juga dengan Mang Dede. Saat pandemi melanda, kehidupan Mang Dede berubah cukup drastis. Adanya imbauan dari pemerintah untuk menghindari kontak langsung dengan orang lain membuat Mang Dede harus membatasi kegiatan berdagangnya di kampus. Mang Dede kehilangan pelanggan yang notabene berasal dari kalangan mahasiswa Unpad. Terpaksa, Mang Dede dan sang istri pun memutar otak dan mencari peruntungan dari berjualan tahu kuning. Setiap hari Mang Dede berkeliling kampung untuk berjualan tahu kuning. Mang Dede membawa 500 buah tahu kuning per hari dan dibawanya tahu itu berkeliling kampung di sekitar tempat tinggalnya. Dengan berjualan tahu kuning lah kehidupan Mang Dede dan keluarga dari segi finansial dapat terpenuhi.
“Tapi, yang jadi kendala kalo jualan tahu kuning teh, misal ibu-ibu di kampung hari ini udah beli tahu kuning Mang Dede, nah, besoknya ga beli lagi karena katanya yang kemarin belum dimasak. Jadi, pada belinya seminggu sekali atau dua kali,” kata Mang Dede menjelaskan hambatan yang dialaminya saat itu.
Namun demikian, Mang Dede tetap semangat berjualan tahu kuning di kala pandemi. Katanya, jika tahu kuning dagangannya tersebut ia tawarkan ke penjual gehu (camilan khas Sunda yang terbuat dari tahu yang diisi dengan tauge dan dicampur racikan bumbu pedas kemudian digoreng dengan tepung), maka setiap hari ia mendapatkan keuntungan. Maka dari itu, tahu kuning dagangan Mang Dede selalu ludes terjual setiap harinya.
Di awal pandemi, Mang Dede bercerita bahwa keluarganya mendapatkan musibah. Sang anak bungsu, saat sedang menempuh pendidikan di pesantren, tersengat listrik hingga harus diamputasi. Baja ringan bertegangan 20.000 volt mengenai tangan anak lelaki Mang Dede tersebut. Kejadian itu membuat syaraf-syaraf di tangan sang bungsu tidak berfungsi lagi. Proses penyembuhan memakan waktu kurang lebih enam bulan. Mang Dede mengaku beruntung karena nyawa sang buah hati masih bisa diselamatkan.
Berkat dikenal baik oleh hampir seluruh mahasiswa Unpad, Mang Dede mendapatkan banyak bantuan dari berbagai organisasi dan hima di kampus. Mereka berbondong-bondong memberikan donasi ke Mang Dede agar penyembuhan sang anak dapat dilaksanakan dengan lancar. Mang Dede merasa sangat bersyukur atas kemurahan hati para mahasiswa Unpad. Berkatnya, putra sulung Mang Dede dapat ditangani dengan baik dan telah selesai menjalani proses penyembuhan hingga saat ini sudah bisa beraktivitas seperti biasa.
Seiring berjalannya waktu, masa darurat pandemi telah berlalu. Kehidupan offline mahasiswa mulai kembali, begitu pula kehidupan Mang Dede sebagai penjual tahu favorit mahasiswa Unpad. Kini, Mang Dede telah kembali berjualan tahu problem solving andalannya di sekitar kampus. Nama Mang Dede makin populer di kalangan mahasiswa karena pembawaannya yang selalu ceria dan tidak segan berkenalan dengan semua mahasiswa yang bersedia membeli dagangannya. Tahu Mang Dede jadi salah satu camilan favorit yang harus dibeli mahasiswa Unpad setelah selesai kelas.
Reporter : Zalikha Diandra Kinanti
Editor : Khansa Nisrina Pangastuti