Epicentrum merupakan ajang festival komunikasi inisiasi Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran yang diselenggarakan rutin setiap tahunnya sejak 2016. Sempat absen digelar pada tahun lalu, tahun ini Epicentrum kembali hadir dengan sejumlah penyesuaian.
Yang menarik, langkah berbeda diambil tahun ini. Setelah melalui berbagai pertimbangan, hajat Epicentrum kini mulai merambah ke tingkat Internasional lewat salah satu cabang mata lomba Padjadjaran Public Relation Fair (PPRF), yakni Public Relations Student Forum (PRSF).
Hasna Fithriyah, Project Officer Epicentrum 2021 mengatakan rencana mendorong Epicentrum ke tingkat Internasional sejatinya sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu. Kondisi yang serba online saat ini semakin memudahkan untuk mengundang peserta internasional karena tidak terkendala lokasi dan waktu.
“PRSF sendiri dipilih karena model lombanya memungkinkan untuk naik tingkat ke level Internasional. Selain itu, tahun-tahun sebelumnya pun mata lomba ini juga sudah pernah diikuti oleh peserta dari luar negeri,” jelas Hasna kepada Warta Kema.
Epicentrum sendiri terdiri dari enam mata lomba lainnya yang meliputi Mediation, Ideation, Parade Jurnalistik, Liblicious, Research Mindedness, dan Tell A Vision. Setiap mata lomba dibawahi oleh program studi berbeda yang ada di Fakultas Ilmu Komunikasi. Contohnya Parade Jurnalistik dibawahi program studi Jurnalistik.
Jika pada 2019 lalu Epicentrum mengangkat tajuk ‘See the Invisible’ bertemakan kesehatan mental dengan menggandeng Kementerian Kesehatan, gelaran tahun ini datang dengan tema besar ‘Indonesia Recovery’. Lewat tema Indonesia Recovery, Hasna ingin gelaran Epicentrum kali ini bisa satu langkah di depan dengan mencoba menerawang apa yang praktisi komunikasi dapat lakukan pasca pandemi.
Hasna mengklaim Epicentrum sebagai festival komunikasi terbesar dan satu-satunya yang digelar oleh universitas di Indonesia hingga tingkat internasional. Epicentrum sendiri banyak menjalin kerjasama dengan instansi besar baik itu pemerintah maupun swasta.
“Walaupun dilaksanakan pada 2021, persiapan sudah dilakukan dari pertengahan tahun 2020. Jadi sebenarnya sudah mau berjalan hampir satu tahun, persiapan yang dilakukan cukup baik, kita mempersiapkan untuk pelaksanaan hybrid dan di Mei nanti akan dilaksanakan,” ujar Hasna.
Setiap mata lomba memiliki juri yang ahli di bidangnya. Juri yang menjadi penilai acara Epicentrum ini sebagian besar berlatar belakang dosen dan praktisi komunikasi. Sejumlah mata lomba juga mengambil juri dari Kementrian.
“Ada beberapa mata lomba yang mengundang juri dari Kementerian, salah satunya dari Kementerian Pariwisata. Ada juga dari dosen dan praktisi komunikasi,” lanjut Hasna.
Gelaran puncak Epicentrum akan mulai ditapaki 3 Mei nanti dengan mengadakan berbagai gelar wicara. Para finalis telah diumumkan pada 20 April lalu dan nantinya akan memperebutkan total hadiah 80 juta rupiah.
Hasna berharap lewat Epicentrum, berbagai solusi bisa hadir dan menjawab permasalahan yang terjadi saat dan pasca pandemi, khususnya di Indonesia.
“Semoga solusi-solusi yang kita hadirkan lewat Epicentrum dapat menjawab permasalahan saat ini di indonesia dan kedepannya pasca pandemi, jadi ketika pasca pandemi telah dilalui oleh masyarakat Indonesia, kita sudah punya kiat-kiat apa saja yang harus dilakukan oleh praktisi komunikasi,” tutup Hasna.
Reporter: Fahmy Fauzy
Editor: Hatta Muarabagja