
Peserta Prabu 2025 saat sesi pematerian Day 2 di Fakultas Kedokteran, Senin (11/08). (WARTA KEMA/ Sabila Luthfia Hana)
Warta Kema — Pada hari kedua Penerimaan Raya Mahasiswa Baru Universitas Padjadjaran (Prabu Unpad) 2025, Selasa (12/08), diterapkan sejumlah kebijakan baru, termasuk pemisahan peran antara fasilitator dan mentor. Jika sebelumnya fasilitator mendampingi langsung mahasiswa baru, kini tugas tersebut diambil alih oleh mentor. Meski berbeda tugas, keduanya tetap sejajar dalam struktur dan berkolaborasi aktif untuk menciptakan suasana kegiatan yang lebih hidup dan dinamis. Tahun ini terdapat 250 mentor yang masing-masing membimbing 40 mahasiswa baru, serta 100 fasilitator yang mendampingi 3 mentor atau setara dengan total 120 mahasiswa.
Perubahan signifikan lainnya terlihat pada mekanisme penyampaian materi. Bila sebelumnya sesi materi disampaikan secara terpusat di satu titik, tahun ini konsep tersebut diubah menjadi lebih terdesentralisasi. Kini materi disampaikan langsung di masing-masing fakultas dengan melibatkan peran aktif para mentor. Selain menyampaikan materi, para mentor juga berperan membangun kedekatan dengan mahasiswa baru sebagai sesama mahasiswa aktif Unpad.
Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Muhammad Hafidz Alauddin, Project Officer (PO) Prabu 2025, bahwa konsep pemateri tahun ini mengadaptasi dari Prabu 2023, dengan penyampaian materi substansial di kelas kecil sesuai kelompok OKK. Skema 1 mentor untuk 40 mahasiswa baru diterapkan guna menciptakan suasana pembelajaran yang lebih dekat. Konsep ini juga merupakan evaluasi dari sistem terpusat Prabu 2024 yang dinilai kurang kondusif.
“Prabu 2025 itu berkaca dari Prabu 2023 yang pemateriannya disampaikan di kelas kecil sesuai plotting OKK. Bedanya, tahun ini lebih intimate, dengan 1 mentor untuk 40 mahasiswa baru. Jadinya, kehadiran mentor bisa dirasakan banget. Konsep ini juga dinilai lebih efektif dibandingkan secara terpusat seperti Prabu 2024,” tutur Hafidz.
Sejalan dengan perubahan tersebut, Anggara Rizky Ramadhan Suanto, Mahasiswa Baru Fakultas Ilmu Sosial Politik (Fisip), menyatakan dukungan terhadap perubahan mobilisasi pematerian Prabu ke fakultas-fakultas. Menurutnya, sistem ini dinilai lebih efektif karena ruang lingkup yang lebih kecil menjadikan materi lebih mudah untuk dipahami.
“Menurut saya, pematerian di fakultas itu lebih efektif karena jumlah orang-orangnya lebih sedikit, jadi penyampaian materi juga lebih mudah,” ucap Anggara.
Hal ini didukung oleh Arga Timothy, Mahasiswa Baru Fakultas Pertanian (Faperta). Baginya penyampaian materi di fakultas lebih terfokus dan terstruktur sehingga mahasiswa baru dapat memahami inti dari pembahasan.
“Materi yang disampaikannya juga lebih terstruktur sih, jadi kita juga bisa lebih fokus sama topik yang sedang dibahas,” ungkap Arga.
Azi Abdillah, Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran (FK), turut memberikan pandangannya terkait perubahan sistem mobilisasi pemateri di Prabu 2025. Ia menyoroti adanya ruang untuk berkomunikasi lebih dalam dengan mentor mengenai hal-hal yang tidak dipahami secara aktif.
”Karena lingkupnya lebih kecil, jadi arahannya betul-betul jelas dan kita juga punya lebih banyak kesempatan untuk bertanya. Selain itu, kita bisa menyampaikan pendapat dengan lebih leluasa,” ujar Azi.
Hafidz meluruskan bahwa seluruh mentor menerima materi pelatihan yang sama, meskipun proses perekrutan dilakukan secara paralel akibat keterbatasan jumlah mahasiswa yang bersedia. Pelatihan tersebut dilaksanakan dalam suasana yang lebih intensif dan personal.
“Proses perekrutan mentor itu memang paralel banget, karena open rectruiment-nya juga lebih awal dari PO dan panitia Prabu. Jadi seiring berjalannya waktu semakin bertambah. Namun, pelatihannya itu sama dalam lingkup yang lebih kecil,” terangnya.
Ia menjelaskan bahwa mobilisasi hanya dilakukan pada hari kedua karena banyak materi substansial yang harus diperkenalkan kepada mahasiswa baru. Mengingat padatnya materi dan terbatasnya waktu, sehingga penyampaiannya disebar ke fakultas agar lebih efektif dan tepat sasaran. Ia juga menegaskan bahwa kebijakan ini bersifat sementara dan masih memungkinkan diterapkan kembali pada Prabu 2026.
“Mobilisasi hanya dilakukan di hari kedua karena banyak hal yang harus disampaikan kepada mahasiswa baru, dan tentu itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Hanya saja, kebijakan ini masih bersifat sementara,” ucap Hafidz.
Di samping itu, pelaksanaan kebijakan ini juga masih membutuhkan perhatian khusus. Hal ini dikarenakan masih terdapat kendala terkait fasilitas pematerian yang belum memadai. Oleh karena itu, perlu upaya lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana agar proses pematerian dapat berjalan lebih efektif.
Penulis : Wanda Rahmawati Azahra
Foto : Sabila Luthfia Hana
Editor : Ammara Azwadiena Alfiantie, Syafina Ristia Putri
