Student Center Universitas Padjadjaran yang diambil pada Rabu (03/09) (WARTA KEMA/Fotografi Warta Kema)
Student Center Universitas Padjadjaran yang diambil pada Rabu (03/09) (WARTA KEMA/Fotografi Warta Kema)
Student Center Universitas Padjadjaran yang diambil pada Rabu (03/09) (WARTA KEMA/Fotografi Warta Kema)

Warta Kema – Universitas Padjadjaran (Unpad) adalah institusi akademik dan non-akademik yang mendukung perkembangan mahasiswa secara menyeluruh. Untuk menunjang aktivitas dan kegiatan kemahasiswaan, Unpad menyediakan fasilitas seperti Student Center, Kandaga, dan ruang kumpul lainnya di beberapa fakultas. Namun, beberapa organisasi mahasiswa (ormawa) masih menghadapi kendala, seperti keterbatasan ruang, akses yang sulit, dan hambatan birokrasi. Lantas, apakah fasilitas yang tersedia  saat ini sudah memadai untuk mengakomodasi kebutuhan mahasiswa dalam kegiatan berorganisasi untuk berdiskusi secara inklusif?

Nola Ovilia Nur Hasanah, mahasiswa Fakultas Pertanian (Faperta), menilai bahwa fasilitas ruang kumpul bersama di Unpad masih memerlukan perhatian khusus dari pihak kampus. Ia menyoroti kurangnya ruang indoor yang memadai untuk menampung aktivitas mahasiswa.

“Ketersediaan fasilitas kumpul di Unpad masih kurang sih, khususnya indoor, karena seperti yang kita lihat, dengan jumlah mahasiswa baru yang terus bertambah, sedangkan fasilitasnya masih itu-itu aja. Kalau pun aku mau kumpul kayak di Student Center, pasti udah penuh. Even, jam istirahat perkuliahan pun juga penuh,” ungkap Nola.

Abizar Febryan, mahasiswa Program Pendidikan Vokasi, mendukung penambahan fasilitas ruang kumpul, khususnya ruang terbuka beratap. Ia menilai fasilitas tersebut dapat menjadi alternatif yang efektif sebagai tempat berkumpul bagi mahasiswa.

“Sebenarnya untuk fasilitas outdoor itu udah banyak, tapi indoor-nya yang kurang. Sebagaimana yang kita lihat, kayak di Ekoriparian, itu ‘kan ruangnya terbuka banget, jadi kalau hujan, ya kehujanan,” ucap Abizar.

Di sisi lain, Edward Henry, Direktur Pengelolaan Aset dan Sarana Prasarana, membantah adanya masalah perizinan tempat di Unpad. Ia menjelaskan bahwa setiap fasilitas kampus memiliki aturan penggunaan, termasuk sistem antrean yang harus dipatuhi. Semua mahasiswa memiliki hak yang sama untuk menggunakan fasilitas yang tersedia.

“Karena dipakai bersama, tentu saja harus giliran sesuai antrean. Jadi, itu bukan masalah, tapi memang aturan mainnya seperti itu. Tidak bisa misalnya satu organisasi diberi privilege tertentu, semua di mata kita memiliki hak yang sama,” ujar Edward.

Ia juga menambahkan bahwa saat ini sudah ada sistem digital terpusat yang dapat diakses mahasiswa melalui Unit Layanan Terpadu (ULT). Sistem ini memungkinkan mahasiswa untuk melihat ketersediaan ruang dan prosedur peminjamannya.

“Kita ‘kan punya ULT. Kalau mau pesan ruangan pasti masuk ke sistem dulu. Nanti kelihatan sudah ada yang booking atau belum. Termasuk prosedur peminjamannya juga sudah tersedia,” terangnya.

Nola turut menyoroti respons rektorat yang dinilai masih kurang dalam menanggapi keluhan dan masukan mahasiswa. Menurutnya, forum aspirasi seperti kegiatan “Sehari Bersama Dekan” yang diadakan di Faperta belum membuahkan hasil signifikan dalam perbaikan fasilitas kampus.

“Belum cukup tanggap sih, karena dari Faperta sendiri ‘kan ada kegiatan Sehari Bersama Dekan. Di situ kita bisa mengevaluasi apa yang harus dievaluasi dan disampaikan ke rektorat. Namun, terlihat dari Faperta saja masih kurang mewadahi mahasiswanya dalam fasilitas kumpul bersama. Maka dari itu, sampai sekarang belum ada perubahan besar,” pungkasnya.

Sementara itu, Edward meluruskan bahwa Unpad selalu memperbarui fasilitas yang rusak secara berkala. Perbaikan dilakukan dengan cepat, tergantung pada tingkat kerusakannya.

“Kami selalu meng-update fasilitas kampus yang rusak. Kalau ada kerusakan ringan, hari itu juga selesai. Sementara kalau kerusakannya sedang dan berat, itu (butuh waktu) seminggu. Dan kalau kerusakannya butuh pesan barang seperti kursi Bale Santika, itu (butuh) dua minggu,” terang Edward.

Ali Sophian Wangsadiria, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB), menyatakan bahwa Unpad seharusnya lebih peduli terhadap kebutuhan mahasiswa. Menurutnya, jumlah ruang kumpul yang tersedia masih kurang. Ia juga mengkritik pembangunan ulang Tugu Makalangan dan bundaran petunjuk arah di dekat Stadion Jati yang dianggap kurang mendesak. 

“Unpad masih harus meningkatkan kepeduliannya, karena dari segi jumlah ruangan saja terbilang kurang. Dan sebenarnya, pembangunan Tugu Makalangan dan bundaran petunjuk arah di dekat Stadion Jati itu tidak terlalu signifikan urgensinya untuk dibangun ulang. Dananya mungkin bisa dialokasikan pada kebutuhan yang lebih mendesak, seperti ruang kumpul, penerangan jalan, atau perbaikan jalan yang rusak,” ucap Ali.

Edward memberikan tanggapan bahwa fasilitas ruang pertemuan di Unpad secara umum sudah memenuhi standar kelayakan. Menurutnya, berbagai ruang pertemuan yang tersedia mampu mengakomodasi beragam kegiatan akademik maupun non-akademik dengan baik.

“Setahu saya, ruang-ruang pertemuan di Unpad sudah cukup layak, baik dari segi fasilitas maupun kebersihan. Ruangannya juga tidak kotor atau bau. Selain itu, untuk ruang besar kami sudah melengkapi dengan sound system, AC, dan tempat duduk. Untuk ruang kecil, saya rasa AC dan sound system tidak terlalu diperlukan karena Jatinangor tidak terlalu panas. Di Kandaga, misalnya, bisa kita lihat ruangannya representatif dan nyaman,” ujar Edward.

Ia menambahkan bahwa akan ada rencana penambahan ruangan Student Center di lokasi yang berbeda. Namun, ia menolak ide pembangunan ruang indoor berkapasitas besar untuk acara Prabu, karena dianggap kurang mendesak.

“Rencana penambahan Student Center pasti ada, tapi di lokasi berbeda, karena keterbatasan lahan. Kalau pembangunan ruang indoor berkapasitas 10.000 orang hanya untuk dipakai tiga hari, lebih baik dananya dipakai untuk pembangunan laboratorium saja,” ungkapnya.

Ali berharap rektorat lebih responsif terhadap kebutuhan mahasiswa, mulai dari sistem informasi ruangan hingga fasilitas yang inklusif. Ia juga menekankan pentingnya pembangunan yang substansial, bukan sekadar simbolik.

“Pertama, rektorat bisa melakukan inovasi terhadap sistem informasi mengenai ketersediaan ruangan di kampus. Kedua, rektorat tidak berfokus pada pembangunan simbolik, tetapi lebih memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh civitas academicanya. Ketiga, rektorat bisa lebih terbuka dan berempati terhadap aspirasi mahasiswa. Terakhir, pihak rektorat juga bisa membuat fasilitas berkegiatan yang ramah terhadap teman-teman disabilitas,” ucap Ali.

Sementara itu, Edward berharap untuk meningkatkan kenyamanan mahasiswa dalam beraktivitas di luar kelas. Ia melihat pentingnya menambah fasilitas tempat berkumpul, mengingat budaya berkumpul dan bersosialisasi yang kuat di kalangan mahasiswa.

“Harapannya saya ingin menambah fasilitas nongkrong, karena kalian ini ‘kan generasi nongkrong. Melihat Student Center, Kandaga, dan Taman Alfa itu kalau malam ‘kan lumayan ramai. Rasanya, memang masih kurang,” ujar Edward.

Disamping itu, fasilitas ruang kumpul bersama di Unpad masih memerlukan perhatian khusus dari pihak kampus. Pasalnya, masih banyak organisasi yang mengalami kesulitan dalam mengakses ruang kegiatan sehingga terpaksa menyelenggarakan acara di luar kampus yang berdampak pada peningkatan biaya. Ketiadaan fasilitas ini berdampak signifikan pada produktivitas dan kelangsungan program kerja organisasi.

Penulis: Wanda Rahmawati Azahra

Editor: Alifia Pilar Alya Hasani, Fernaldhy Rossi Armanda, Ammara Azwadiena Alfiantie

Fotografer: Ahmad Zaki Burhani

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

news-1312

yakinjp


sabung ayam online

yakinjp

yakinjp

rtp yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

judi bola online

slot thailand

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

ayowin

mahjong ways

judi bola online

mahjong ways 2

JUDI BOLA ONLINE

maujp

maujp

12021

12022

12023

12024

12025

12026

12027

12028

12029

12030

12031

12032

12033

12034

12035

20021

20022

20023

20024

20025

20026

20027

20028

20029

20030

20031

20032

20033

20034

20035

30021

30022

30023

30024

30025

30026

30027

30028

30029

30030

30031

30032

30033

30034

30035

80001

80002

80003

80004

80005

80006

80007

80008

80009

80010

80011

80012

80013

80014

80015

80016

80017

80018

80019

80020

80021

80022

80023

80024

80025

80026

80027

80028

80029

80030

9041

9042

9043

9044

9045

80031

80032

80033

80034

80035

80036

80037

80038

80039

80040

80041

80042

80043

80044

80045

11035

11036

11037

11038

11039

11040

11041

11042

11043

11044

30036

30037

30038

30039

30040

30041

30042

30043

30044

30045

80046

80047

80048

80049

80050

80051

80052

80053

80054

80055

80056

80057

80058

80059

80060

80061

80062

80063

80064

80065

12036

12037

12038

12039

12040

12041

12042

12043

12044

12045

12046

12047

12048

12049

12050

20036

20037

20038

20039

20040

20041

20042

20043

20044

20045

20046

20047

20048

20049

20050

30046

30047

30048

30049

30050

30051

30052

30053

30054

30055

30056

30057

30058

30059

30060

80066

80067

80068

80069

80070

80071

80072

80073

80074

80075

80076

80077

80078

80079

80080

80081

80082

80083

80084

80085

80086

80087

80088

80089

80090

80091

80092

80093

80094

80095

30081

30082

30083

30084

30085

30086

30087

30088

30089

30090

80096

80097

80098

80099

80100

80101

80102

80103

80104

80105

80106

80107

80108

80109

80110

80111

80112

80113

80114

80115

80116

80117

80118

80119

80120

80121

80122

80123

80124

80125

80126

80127

80128

80129

80130

80131

80132

80133

80134

80135

news-1312