Mahasiswa baru pasti merasakan euforia ketika mengenal lingkungan kampus. Bahkan, adanya pandemi ini tidak kerap menyurutkan semangat untuk tetap produktif dan mengikuti berbagai organisasi kampus.
Meski begitu, banyak orang yang beranggapan bahwa berorganisasi hanya akan menghambat nilai akademik, walau tidak sedikit pula yang beranggapan bahwa berorganisasi memiliki banyak manfaat, seperti melatih kemampuan diri dan mempunyai banyak relasi. Tak jarang mahasiswa baru mengalami kebimbangan yang cukup tinggi di masa awal memasuki perkuliahan. Di satu sisi mereka perlu waktu untuk mengenal kebiasaan dan lingkungan baru, dan di sisi lain mereka dituntut untuk cepat berbaur dengan lingkungan perkuliahan, termasuk keputusan untuk berkegiatan aktif dari awal semester.
Lalu, apa pilihan tepat untuk Mahasiswa Baru?
Menjadi Mahasiswa Kuliah-Rapat (Kura-Kura) atau Kuliah-Pulang (Kupu-Kupu)?
Semua kembali pada pilihan hati dan kemampuan diri.
Mengutip Mahmudi Pradayu, mahasiswa Sosiologi Universitas Riau dengan penelitiannya mengenai pengaruh aktivitas organisasi terhadap prestasi belajar. Dalam jangka pendek, organisasi menimbulkan perubahan sikap, perilaku, dan kepribadian yang mendorong seseorang menjadi lebih dewasa ketika dihadapkan berbagai tantangan dalam mengerjakan aktivitas organisasi. Selain itu adanya persaingan antarindividu dalam suatu organisasi dapat mendorong adanya motivasi untuk berprestasi.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa organisasi dapat menimbulkan produktivitas yang toksik. Alih-alih ingin produktif, kesehatan mental malah ikut terkorbankan. Dengan mengikuti organisasi, tugas dan tanggung jawab pun akan turut bertambah. Banyak orang akhirnya menderita burnout syndrome karena tidak berhasil me-manage waktu dengan baik, mereka merasa kelelahan secara psikis, terkuras secara energi baik pikiran, maupun emosional.
Burnout syndrome rentan terjadi pada mahasiswa. Berdasarkan penelitian berdasarkan kuesioner terhadap 193 mahasiswa program profesi kedokteran Unhas angkatan 2011, menunjukkan hasil sebanyak 45% mahasiswa Burnout Syndrome (BS). Hasilnya 39% BS rendah, 14% BS sedang, dan 1% BS tinggi.
Selanjutnya, survei yang dilakukan pada 34 mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad angkatan 2020 menunjukan bahwa gejala burnout dialami oleh 94% dari responden yang mengisi survei. Beberapa di antaranya memiliki skor yang hampir mendekati gejala burnout berat.
Lalu bagaimana dengan Mahasiswa kupu-kupu?
Ketidak aktifannya di kampus membuat banyak orang memberi stereotip bahwa mahasiswa kupu-kupu sangatlah tertinggal dibandingkan yang lain. Yang perlu diingat, mahasiswa yang terlihat ‘santai’ bukan berarti tertinggal, mereka punya pilihan sendiri untuk menggapai kesuksesannya.
Jerome Polin, seorang mahasiswa jurusan Matematika Terapan di Waseda University Jepang yang akhir-akhir ini cukup populer di kalangan generasi muda Indonesia, nampaknya tergolong dalam mahasiswa kupu-kupu. Dia memang tidak aktif dalam berorganisasi di kampusnya, akan tetapi ia dapat memanfaatkan waktunya sebaik mungkin. Jerome lebih memilih untuk mengembangkan diri secara mandiri. Ia bahkan bisa memiliki banyak waktu dengan membuat konten YouTube Nihongo Mantappu yang berisi daily life nya selama ia menempuh pendidikannya di Jepang. Selain itu, Jerome juga membuka bisnis makanan cepat saji di Indonesia dan sudah memiliki beberapa cabang. Jerome juga dikenal sebagai ahli matematika dan motivator. Semua hal ini dapat membuktikan bahwa mahasiswa kupu-kupu tak selugu itu.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak mahasiswa kupu-kupu yang tertinggal secara informasi dan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dirinya selama melaksanakan kuliah. Kuliah bukan melulu sekadar mengejar IP dan lulus dengan predikat cumlaude. Ada yang lebih berharga dari sekadar nilai; yaitu pengalaman.
Tidak perlu merendahkan diri karena tidak aktif organisasi. Tidak perlu berbangga hati karena menduduki jabatan tinggi dan punya relasi yang luas. Semua orang memiliki pilihannya masing-masing. Semua orang dapat menjadi sukses dengan cara yang mereka pilih. Memilih untuk ikut serta atau memilih untuk tidak tergabung dalam suatu organisasi adalah suatu pilihan. Semua kembali pada pilihan hati dan kemampuan diri.
Kamu harus mengetahui tujuan dan rencana kuliahmu. Rencanakan hal itu sedini mungkin, bahkan ketika kamu masih berstatus sebagai mahasiswa baru. Hal itu dapat membantu kamu untuk mempunyai arahan yang jelas dan membantu kamu memutuskan berbagai pilihan, termasuk menjadi mahasiswa kura-kura atau kupu-kupu.
Penulis: Widi Suryati
Editor: Malika Ade Arintya dan Alya Fathinah