Halo, Sobat Warta!
Menyambut hari anak nasional yang diperingati pada tanggal 23 Juli 2022, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) menggalakkan sejumlah kegiatan dengan tema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”. Tema ini diangkat sebagai bentuk penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa.
Dilansir dari cnnindonesia.com, kasus kekerasan terhadap anak mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir. Tercatat sebanyak 11.057 kasus kekerasan anak di tahun 2019, 11.279 kasus pada 2020, dan 12.566 kasus hingga November 2021. Sangat disayangkan bahwa jumlah layanan rehabilitasi yang diberikan kepada korban belum sebanding dengan banyaknya kasus kekerasan. Hal ini dikhawatirkan akan membuat para korban tumbuh dewasa dengan trauma dan inner child yang terluka.
Apa itu inner child?
Inner child merupakan bagian dari sisi masa kecil kita yang terpendam dan tidak ikut tumbuh dewasa. Inner child layaknya sebuah database yang menyimpan segala jenis memori masa kecil di alam bawah sadar hingga kita dewasa. Karena terpendam di alam bawah sadar, inner child ini dapat mempengaruhi bagaimana seseorang bersikap dan mengambil keputusan.
Misalnya, seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan penuh kasih sayang, akan tumbuh sebagai sosok yang hangat. Sedangkan anak yang kekurangan kasih sayang dan sering merasa sendirian, dapat tumbuh menjadi sosok dengan ketergantungan pada orang lain dan memiliki kekhawatiran akan ditinggalkan.
Menurut psikolog, Ikhsan Bella Persada, inner child bisa terluka. Luka ini biasanya muncul karena peristiwa menyakitkan di masa kecil. Misalnya pernah di-bully, kurang kasih sayang dari orang-orang yang dikasihi, korban KDRT, dipermalukan di depan umum, dan masih banyak lagi. Sama dengan luka fisik, luka yang dialami oleh inner child harus mendapat penanganan yang tepat. Jika tidak, lukanya akan semakin parah dan menimbulkan efek berkepanjangan.
Bagaimana Cara Menyembuhkan Inner Child?
- Me-recall pengalaman buruk dengan jurnal
Mencurahkan rasa sakit ke dalam jurnal atau catatan harian secara tidak langsung dapat membantu kita merekonstruksi pengalaman buruk di masa lalu. Meskipun memberikan rasa tidak nyaman atas kenangan buruk tersebut, tetapi hal ini dapat membuat kita menjadi lebih lega karena dapat memahami situasinya dengan lebih baik. Setiap detail cerita, baik alur maupun ungkapan hati terdalam dapat berkontribusi mengeluarkan emosi negatif yang selama ini kita simpan.
- Sesi Ho’oponopono Pribadi
Selain jurnal, sesi ho’oponopono pribadi dapat dijadikan cara alternatif untuk menyembuhkan inner child. Ho’oponopono merupakan proses memaafkan yang berasal dari Hawaii. Metode ini tidak hanya dapat memperbaiki hubungan dengan orang lain, tetapi juga hubungan dengan inner child kita.
Utamakan melakukan sesi ini pada waktu luang dimana kita bisa menyendiri untuk memberikan afirmasi positif kepada diri kita sendiri seperti “i am sorry”, “please forgive me”, “I love you”, dan “Thank you”. Afirmasi ini bertujuan untuk memberikan rasa aman kepada inner child kita yang sudah terlalu lama diacuhkan.
- Butterfly Hug Atau Memeluk Diri Sendiri
Sesi ho’oponopono pribadi juga dapat dilakukan dengan metode butterfly hug. Bagi para pecinta K-drama, pastinya gerakan ini sudah tidak asing karena sempat muncul pada salah satu episode “Its Okay to Not Be Okay”. Associate Psychologist, Fuye Ongko mengungkapkan bahwa gerakan ini dapat meningkatkan kadar oksigen dalam darah serta membuat kita berpikir lebih tenang.
Psikolog klinis, Analisa Widyaningrum, menganjurkan penggunaan metode pernapasan 4-7-8 ketika melakukan butterfly hug. Metode ini juga dapat dilakukan sambil menutup mata. Pernafasan yang teratur dan mata yang terpejam dapat membuat tubuh lebih fokus dan rileks. Setelah tubuh siap, kita dapat lebih mudah mengingat kejadian di masa lalu dan merekonstruksi emosi yang sudah lama terpendam. Terimalah semua perasaan pahit maupun manis kita sambil memeluk diri sendiri. Tunjukkanlah rasa sayang kita terhadap inner child dengan meyakinkan dirinya bahwa ia tidak akan sendirian lagi.
Setiap orang tumbuh dewasa dengan membawa kenangan di masa kecilnya. Seringkali, kita sebagai orang dewasa memikul beban moral untuk memberikan perlindungan kepada generasi yang lebih muda atau anak-anak. Tanpa sadar, beban moral ini membuat kita lupa bahwa terkadang diri kita – atau inner child kita juga perlu dilindungi. Maka dari itu, di Hari Anak Nasional 2022 ini, Wartakema berharap dapat menumbuhkan kesadaran sobat Warta akan pentingnya perlindungan bagi inner child yang terluka.