(Ilustrasi 16 jenis kepribadian berdasarkan Myers-Briggs Personality Type, sumber: Pinterest.com)
Jatinangor, Wartakema – Popularitas MBTI mengalami peningkatan selama beberapa tahun terakhir. Banyak generasi muda yang mulai menggandrungi tes kepribadian ini. Kini MBTI menjadi topik yang umum dibicarakan pada diskursus informal dengan teman sebaya. Saking populernya, sebuah saluran youtube asal Korea Selatan “kthd. Studio.” mengunggah sebuah video eksperimen sosial bertajuk “MBTI Inside” yang menggambarkan situasi ketika berbagai tipe kepribadian MBTI berada dalam satu ruangan.
Beragam tanggapan pun ramai membanjiri kolom komentar video tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa tes MBTI masih digandrungi oleh sejumlah kalangan. Menurut mahasiswa psikologi dari Universitas Gunadarma, Duanty Kiranasavitrie Duanty dan Januarrizki Ramadhanu, mudahnya akses untuk melakukan tes MBTI menjadi salah satu faktor pendukung tenarnya tes kepribadian ini.
“Karena item-nya tidak terlalu banyak dan sudah dapat ditemui di berbagai platform. Kemudahan akses tes serta dapat dilakukan tanpa berbayar menurut saya menjadi daya tarik tes ini,” ungkap Duanty.
“Karena tersedia secara online dan diperbincangkan di sosial media sehingga menjadi populer. Terlebih tes nya sangat mudah dikerjakan dan menarik,” tambah Januar.
Apa itu MBTI?
Myers-Briggs Type Indicator atau yang lebih akrab dikenal sebagai MBTI sendiri adalah salah satu tes untuk mengetahui secara umum kepribadian, preferensi, serta keunggulan dari seseorang. Menurut laman alodokter.com dijelaskan bahwa tes MBTI dirancang oleh psikolog bernama Isabel Myres bersama ibunya, Katherine Briggs berdasarkan pada teori kepribadian Carl Jung pada tahun 1940.
MBTI membagi kepribadian menjadi empat skala, yakni: Extraversion(E) – Introversion(I), Sensing(S) – Intuition(N), Thinking(T) – Feeling(F), dan Judging(J) – Perceiving(P). Dari keempat skala tersebut akhirnya tercipta 16 kombinasi tipe kepribadian yang dikenal pada saat ini.
“Mungkin orang penasaran dengan diri sendiri dan ingin merasa dimengerti,” ungkap Evangeline Lemuella (16) seorang pengguna MBTI.
Evangeline mengatakan alasannya tertarik pada tes kepribadian MBTI ini adalah karena dengan MBTI kita bisa mempelajari sifat, kebiasaan, dan pola pikir manusia dengan lebih dalam sehingga bisa dapat lebih memahami bahwa semua orang punya perspektif dan sifat yang unik. Evangeline juga mengatakan bahwa MBTI dapat digunakan untuk membantunya dalam mengembangkan diri. Menurutnya, dengan memahami MBTI ia mulai mengerti pola pikir serta caranya mengambil keputusan.
“Perasaan bahwa mereka dilihat dan dimengerti oleh orang lain, semua orang butuh itu,” Zalfa Khairunnisa (19)
Zalfa mengatakan bahwa dengan mengenal MBTI, zalfa tidak lagi terlalu pusing mengkhawatirkan dampak dari keputusan yang ia ambil. Hal ini membuatnya tenang dan merasa nyaman dengan dirinya sendiri karena ia hanya berfokus pada apa yang menurutnya benar. Ia juga berkata bahwa dirinya bisa mengambil keputusan dengan lebih hati-hati dengan menilai karakter dari orang yang tengah dihadapinya.
Bagaimana posisi MBTI dalam dunia psikologi?
Meskipun saat ini tes MBTI telah menjadi salah satu tes kepribadian yang paling sering digunakan di dunia, para psikiater dan pakar psikologi menyatakan tidak mendukung tes tersebut digunakan dalam lingkup profesional. Dilansir dari laman kompas.com, Michael Ashton, seorang profesor psikologi dari Brock University mengungkapkan bahwa hanya sedikit orang yang berada di spektrum ekstrim sedangkan sebagian besar berada di tengah spektrum tersebut.
Duanty mendukung pernyataan Michael Ashton dan beranggapan bahwa manusia memiliki kepribadian yang jauh lebih kompleks dan tidak terbatas hanya pada spektrum yang menjadi acuan pada tes MBTI saja.
“Apabila dijadikan acuan untuk mendeskripsikan kepribadian secara keseluruhan, saya tidak setuju. Menurut pendapat saya, kepribadian manusia jauh lebih kompleks daripada sekedar karakteristik kepribadian yang dideskripsikan MBTI dalam bentuk polaritas,”
Pernyataan Duanty juga diperkuat oleh pernyataan Januar, rekannya sesama mahasiswa psikologi Universitas Gunadarma. Menurut Januar, selain tidak disarankan untuk digunakan pada lingkup profesional, MBTI juga dinilai tidak akurat untuk menjadi acuan bagi kehidupan sehari-hari.
“Karena hasil dari tes MBTI dapat berubah sejalan dengan perubahan pandangan individu terhadap hidup atau mood-nya. Bahkan hasil tes dapat berubah seketika ketika kita mengulangi pelaksanaan tes tersebut, jadi tidak bisa di jadikan acuan,” ungkap Januar.
(contoh pertanyaan dalam tes kepribadian MBTI di website, sumber: 16personalities.com)
Meski telah banyak pakar yang menyatakan minimnya relevansi tes MBTI dengan kompleksitas kepribadian manusia, popularitas tes kepribadian tersebut tidak menunjukan penurunan. Mencoba menebak tipe MBTI dari para tokoh terkenal sampai karakter fiksi bertebaran sebagai konten hiburan di berbagai bagian internet. Tentu hal tersebut bukan hal yang buruk apabila hanya digunakan sebagai hiburan atau motivasi pribadi. Namun, untuk tingkat pemahaman karakter individu secara mendalam atau masalah yang berkaitan dengan psikologi harus tetap mencari bantuan professional yang perkataan serta diagnosanya dapat dipertanggung jawabkan.
Penulis : Syifa Gardenia Augusta
Editor : Khansa Nisrina Pangastuti