Tim Pajajaran Gempita Hadirkan Program Edukasi Gempabumi bagi Anak Tunagrahita di SLB C Silih Asih Bandung

 

Foto bersama selepas hari intervensi ketiga. Kamis (13/7)

Pengantar

Dikelilingi oleh berbagai lempeng aktif yang terus bergerak dan bahkan dijuluki sebagai “Ring of Fire” atau Cincin Api membuat Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang memiliki tingkat gempabumi terbanyak di dunia. Menurut Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI), terdapat 2.048 kasus gempabumi di seluruh Indonesia. Gempabumi kerap terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, tidak terkecuali Kota Bandung. Seluruh wilayah Kota Bandung memiliki potensi besar dalam gempabumi yang diakibatkan oleh Sesar Lembang, salah satunya adalah Kecamatan Cibiru. Secara geologis, kawasan ini memiliki karakteristik tanah yang lepas sehingga intensitas gempa akan teramplifikasi dan dampak yang ditimbulkan dari adanya gempa akan semakin besar.

Tingginya tingkat gempa bumi menandakan perlunya peningkatan kapasitas masyarakat dalam melakukan penyelamatan diri ketika terjadi gempa. Namun, kurangnya program mitigasi gempa, baik secara struktural maupun non-struktural menjadi satu hambatan besar, khususnya bagi para penyandang disabilitas. Seringkali, penyandang disabilitas menjadi kelompok yang termarjinalkan dalam upaya mitigasi bencana sehingga diperlukan upaya mitigasi yang lebih komprehensif dan menjangkau penyandang disabilitas.

Kebutuhan Akan Pendidikan Mitigasi Gempa Bumi untuk Penyandang Disabilitas: Hadirnya Tim Pajajaran Gempita

Dalam rangka meningkatkan kapasitas masyarakat, khususnya penyandang disabilitas, kelompok Program Kreativitas Mahasiswa di bidang Pengabdian kepada Masyarakat yang bernamakan “Pajajaran Gempita” berusaha untuk menghadirkan edukasi mitigasi gempabumi bagi para penyandang disabilitas, khususnya kelompok tunagrahita. Tim Pajajaran Gempita berhasil menjadi salah satu dari 51 tim PKM Unpad yang berhasil mendapatkan pendanaan dari Direktorat Pembelajaran dan Mahasiswa Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Berawal dari terjadinya berbagai peristiwa gempa yang terasa di Kota Bandung dan melihat kondisi marginal disabilitas, tim ini berusaha untuk menghadirkan edukasi kepada anak-anak tunagrahita melalui metode game-based learning.

Kelompok tunagrahita, atau bisa disebut dengan kelompok retardasi (keterbelakangan) mental merupakan kelompok yang rentan terhadap dampak negatif dari gempabumi karena rendahnya intelegensi dan kurangnya pengetahuan mengenai menjaga keselamatan diri ketika terjadi gempa bumi. Hal ini terlihat dari kurangnya edukasi mitigasi gempa menjadi salah satu permasalahan yang dialami guru dan peserta didik SLB C Silih Asih yang terletak di Jalan Embah Jaksa, Cipadung, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung. Program ini dimulai dengan sosialisasi gempa bumi dan penyelamatan diri kepada para tenaga pendidik di sekolah. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas pendidik dalam mengimplementasikan pembelajaran kepada para anak tunagrahita.

Foto bersama selepas hari pertama. Kamis (6/7)

Tahap pembelajaran menekankan pada pendekatan permainan melalui 3 kali intervensi langsung kepada peserta didik tunagrahita dengan menggunakan playmat yang terbagi menjadi 3 pos. Pos pertama berisikan permainan menyusun kata “gempa” dengan tutup botol, permainan balok susun untuk meningkatkan gambaran peserta didik mengenai dampak gempa, hingga simulasi gempa menggunakan papan beroda sehingga gempa seolah-olah dirasakan oleh mereka. Pos kedua terdiri dari permainan puzzle dan mewarnai dengan gambar yang berisi perbandingan kondisi lingkungan sebelum dan sesudah gempa serta membantu mereka mengenali gempa secara lebih lanjut. Pos terakhir mendasarkan pada praktik penyelamatan diri saat gempa sebagai bentuk keterampilan peserta didik dalam kesiapsiagaan gempa melalui lagu mitigasi gempa.

Manfaat dan Dampak Proyek

Program Pajajaran Gempita sebagai program pendidikan memberikan banyak manfaat khususnya kepada komunitas mitra SLB C Silih Asih. Pendidikan mitigasi gempa bumi Pajajaran Gempita untuk anak-anak tunagrahita akan membantu pendidikan dan masyarakat dengan meningkatkan kapasitas komunitas mitra untuk memahami gempa bumi dan penyelamatan gempa bumi. Peningkatan kemampuan masyarakat mitra akan mengurangi kemungkinan kerugian, khususnya dalam hal korban jiwa. Hal ini disebabkan oleh kurangnya edukasi mitigasi bencana pada komunitas mitra SLB C Silih Asih. Selain itu, penyandang disabilitas dapat dipandang sebagai kelompok marginal yang mempunyai akses terbatas terhadap informasi mengenai cara memitigasi dampak negatif gempa bumi. Kondisi ini memotivasi program kami untuk memberikan manfaat sosial, khususnya dalam meningkatkan inklusi sosial masyarakat.

Pajajaran Gempita merupakan program yang selaras dengan kurikulum yang dilaksanakan oleh SLB C Silih Asih dalam rangka membangun kemampuan warga sekolah dalam mendukung program masyarakat mitra yaitu “program pengembangan diri”. Hal ini tentunya akan membantu komunitas mitra dalam memfasilitasi kegiatan belajar mengajar atau KBM. Dukungan terhadap program mitra, serta menjadi katalis bagi pelatihan mitigasi bencana di masa depan, merupakan sebuah peluang bagi SLB C Silih Asih, mengingat masih minimnya pengajaran mitigasi bencana bahkan tidak disebutkan dalam kronik mitra. Dengan kata lain, inisiatif Pajajaran Gempita mempunyai kemampuan untuk melakukan program jangka panjang.

Referensi

BNPB. (2024). Data Informasi Bencana Indonesia. Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI). Retrieved July 19, 2024, from https://dibi.bnpb.go.id/ 

Putri, A. K. (2024, April 24). Sebanyak 51 Proposal PKM Unpad Peroleh Pendanaan Ditjen Dikti. Universitas Padjadjaran. Retrieved July 19, 2024, from https://www.unpad.ac.id/2024/04/sebanyak-51-proposal-pkm-unpad-peroleh-pendanaan-ditjen-dikti/

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *