Abad ke-21 membawa berbagai perubahan ke tatanan internasional, salah satunya adalah meningkatnya hubungan antar negara. Peningkatan ini mendorong berbagai negara untuk kian memperkuat hubungan mereka satu sama lain, salah satunya Indonesia yang menganut prinsip bebas-aktif. Hal ini membuat Indonesia memiliki berbagai hubungan di dunia, termasuk dengan negeri kremlin, yakni Rusia.
Keberadaan hubungan bilateral antar dua negara inilah yang dibawakan oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) Unpad dalam salah program terbaru mereka, E-Tea Time with the Ambassador.
Tahun ini, “threats and opportunities amidst the Covid-19 pandemic” menjadi tema yang diangkat. Dalam acara daring yang berdurasi kurang dari dua jam itu, FPCI Unpad mengundang duta besar Rusia untuk Indonesia, H. E. Lyudmila Vorobyova. Dalam acara ini, madam ambassador akan memaparkan berbagai informasi terkait topik yang diangkat serta membuka ruang untuk diskusi dengan para partisipan.
Pada Sabtu, 18 September 2021, tepatnya siang pukul 13.00 WIB, acara dimulai dengan sambutan dan perkenalan para pembawa acara serta sesi foto bersama para partisipan. Berikutnya, pembicara utama, duta besar Rusia untuk Indonesia H. E. Lyudmila Vorobyova memulai pemaparannya.
Ia menerawang ke masa lalu, dengan menjelaskan kedekatan antara Indonesia dan Rusia yang telah diinisiasi sejak era Perang Dingin. Ia menjelaskan bagaimana hubungan kedua negara bisa tetap terjaga hingga kini walaupun telah melewati babak-babak sejarah yang terkadang membelokkan arah kebijakan luar negeri Indonesia, seperti kala pergantian kepemimpinan di Indonesia dan Rusia/USSR kala itu.
“Indonesia dan Rusia, seperti yang kita ketahui memiliki hubungan historis yang panjang, hubungan tersebut dibangun atas prinsip pertemanan, saling pengertian, dan kejujuran, yang telah berlangsung sejak tahun ‘60-an.” paparnya.
Selain itu, ia memaparkan kondisi global kontemporer dengan mengambil contoh kegagalan Amerika Serikat baru-baru ini dalam kampanye militernya di Afghanistan yang berujung tidak kondusif, berbanding terbalik dengan Rusia yang walaupun juga gagal bisa menarik diri tanpa meninggalkan kekacauan di belakangnya.
Madam Ambassador kemudian mengubah arah pembicaraan kembali ke hubungan bilateral Indonesia-Rusia. Ia menyebut Indonesia sebagai partner strategis Rusia di dunia internasional dan terutama kawasan Asia Tenggara.
Selain sebagai mitra dagang dalam arus perdagangan internasional, Indonesia kala menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB banyak mengambil langkah yang diisi berbagai koordinasi dengan Rusia yang menjadi anggota tetap DK PBB. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia juga menjadi arsitek dari ASEAN-Russia Dialogue yang membuka pintu bagi diplomasi Rusia di kawasan.
Kedekatan antara Rusia dan Indonesia pun memang kerap terlihat, baik dalam kegiatan terkait isu high politic maupun low politic. Berbagai pertemuan pejabat kedua negara telah terjadi, seperti pertemuan menteri luar negeri Rusia secara virtual dengan Presiden Jokowi hingga kehadiran Prabowo pada parade militer Rusia (Victory Parade) yang merayakan 75 tahun kemenangan mereka dalam Perang Dunia ke-2, momen bersejarah bagi warga Rusia.
Selain itu, Rusia juga memiliki hubungan ekonomi yang kuat dengan Indonesia, terlihat dari berbagai investasi yang ditanamkannya di Indonesia seperti pengeboran minyak RI-Rusia di Natuna Utara. Juga terdapat kerja sama di bidang pendidikan yang terlihat pada tersedianya lebih dari 150 beasiswa dari pemerintah Rusia bagi pelajar-pelajar Indonesia. Indonesia dan Rusia pun juga tengah mempermudah akses perjalanan antar kedua negara dengan berbagai perundingan terkait visa, yang sekarang harus dikesampingkan guna mengatasi pandemi covid yang merajalela di kedua negara tersebut.
Reporter: Abel Josafat
Editor: Hatta Muarabagja