Universitas Padjadjaran (Unpad) mengadakan Rapat Pleno Terbuka Majelis Wali Amanat (MWA) di Grha Sanusi Hardjadinata Kampus Unpad Dipatiukur pada hari Selasa (02/07) dalam rangka Debat Calon Rektor Unpad. Pada kesempatan ini, warga Unpad diperlihatkan kompetensi para calon rektor Unpad dalam menyampaikan visi dan misinya dalam mengatasi isu otonomi universitas, tata kelola, nilai lokal, dan globalisasi.
Mahasiswa Menjadi Saksi
Banyak mahasiswa yang turut hadir dalam menyaksikan Debat Calon Rektor Unpad di Grha Sanusi Hardjadinata, apa kata mereka terhadap paparan dari para calon rektor?
“Dari paparan dari tiga calon rektor juga jadi tahu sebenernya kekurangan kelebihan rektor sebelumnya apa yang masih bisa diperbaiki dan yang mana yang rasional–untuk didahulukan, untuk diutamakan–dalam realisasinya. Jadi kita tau kalau misalnya dari setiap carek (calon rektor) ini juga beda-beda apa yang menjadi program unggulannya–menjadi program utama yang akan dibangun terlebih dahulu,” ucap Romauliana Manalu, mahasiswi Fakultas Kedokteran Unpad angkatan 2021.
Romauliana menambahkan, ”Terus juga dari mereka kita bisa tahu juga, nih, kalo misalnya ternyata dari dominan civitas di Unpad, tuh, butuh itu yang sebenernya kita gak notice dari awal karena kan mungkin sebagian contohnya mahasiswa hanya berfokus pada fakultasnya sendiri atau prodinya sendiri tanpa tahu secara garis besar itu Unpad butuhnya apa.”
Integritas Perlu Mengakar
Selain harapan, kegelisahan juga meliputi perasaan mahasiswa terhadap calon rektor Unpad untuk 5 tahun ke depan.
Hanifa Fatmarani, mahasiswi Fakultas Hukum angkatan 2023 menyampaikan, “Sejujurnya dari gagasan-gagasan yang sudah diberikan oleh para calon rektor ini kan bagus-bagus, ya, dan juga ada salah satu rektor juga yang menggaungkan bahwa gagasannya itu berbau dengan internasional dan lain sebagainya, dan itu menurut aku bagus banget, gitu, kan di mana itu bisa mengangkat derajat Unpad itu sendiri.”
“Tapi aku juga takut sejujurnya karena takutnya dari SDM kita yang tidak bisa memumpuni itu, cuman kan itu semua kita harus bersinergi bersama, satu visi misi agar bisa terciptanya apa yang diinginkan oleh masing-masing calon rektor itu sendiri,” lanjut Hanifa.
Menyaring Rektor Melalui Debat
Arry Bainus, Wakil Ketua MWA menyebutkan bahwa pada Rapat Pleno Terbuka kali ini diadakan dalam bentuk debat, berbeda dari Pasal 20 Peraturan Majelis Wali Amanat tentang pemilihan rektor.
“Oleh karena itu kita sengaja Pasal 20 itu sedikit dimodifikasi dengan bentuk bukan hanya diskusi tapi juga ada debat antar calon, sehingga dialog interaktif antara para calon (rektor) dengan stakeholders Universitas Padjadjaran itu bisa terbangun dan kita bisa menunjukkan kepada khalayak di luar bahwa para calon rektor kita itu betul-betul capable,” jelas Arry saat menyampaikan sambutan oleh Wakil Ketua MWA pada rangkaian acara.
Namun, apa kata mahasiswa?
Samuel Joseph Jeremia, mahasiswa Ilmu Pemerintahan angkatan 2021 selaku panelis dari elemen mahasiswa pada Debat Calon Rektor Unpad, serta Ketua BEM FISIP Unpad mengatakan bahwa ia tidak melihat esensi dari debat yang telah dilakukan.
“Lebih daripada debat tadi lebih sifatnya diskusi dan bertanya saja karena kalau diskusi ada bertanya, ada menjawab, tapi kalo debat justru mengkuliti argumen, terus juga adanya head to head question, tapi hari ini kita bisa lihat justru pertanyaan-pertanyaan yang memang tidak mendalami argumen tapi lebih padanya sifatnya memang bertanya tentang program ataupun apa yang dibawakan selama 5 tahun ke depan, jadi bukan sifatnya debat, tapi aku pribadi ngelihat ini sebagai diskusi aja,” jelas Samuel.
Carek Masih Tidak Menjawab Keresahan Civitas Academica
Samuel juga menyatakan bahwa para calon rektor tidak memberikan jawaban yang begitu memuaskan, “Kita itu berharap kalau para calon rektor ini bisa memberikan data atau fakta yang memang argumentatif dan siap dipertanggungjawabkan.”
“Cuman nampaknya tadi memang jawaban-jawabannya seringkali bicaranya apa yang dibawakan dengan program-program mereka yang sebenernya itu gak ada salahnya, tapi disini kami ingin tahu bahkan Unpad itu akan dibawa seperti apa 5 tahun kedepan yang sebenarnya waktu tadi debat carek kita bisa lihat kalau yang dibawa tu selalu 5 tahun ke belakang, bukan 5 tahun ke depan.” ucap Samuel.
“Jadi itu yang sebenernya kita sayangkan. Namun, ya, kita sebagai panelis berusaha menekan bagaimana paradigma audiens sekarang bisa melihat Unpad 5 tahun ke depan gimana dari jawaban-jawaban para calon rektor tadi,” pungkas Samuel.
Debat antara calon rektor menjadi pemandangan baru bagi civitas academica Unpad dalam rangkaian pemilihan rektor. Transparansi dan unjuk kompetensi dari masing-masing calon rektor lebih diperlihatkan, baik bagi warga Unpad sebagai pihak internal maupun khalayak eksternal dari luar Unpad.
Namun, prosedur debat calon rektor dinilai masih kurang efektif dan tidak memicu pemikiran dan langkah-langkah konkrit yang seharusnya keluar dari mulut para calon rektor untuk meyakinkan khalayak bahwa mereka layak untuk menjadi rektor Unpad selanjutnya. Dengan ini, tenaga pendidikan, dosen, alumni, dan mahasiswa hanya bisa berharap kepada MWA untuk dapat mengkaji ulang masing-masing calon rektor dan memilih calon rektor secara bijak dan adil untuk kebaikan civitas akademika 5 tahun ke depan.
Reporter: Naia Emmyra
Editor: Zulfa Salman
Fotografer: Haeril Maulidina H., Naia Emmyra