Kelas Kelompok OKK 67 Fakultas Ekonomi dan Bisnis (Foto: Rei Khatami)
Kelas Kelompok OKK 67 Fakultas Ekonomi dan Bisnis (Foto: Rei Khatami)

Warta kema – Seorang mahasiswa baru angkatan 2025 menjadi korban penipuan dari pelaku yang mengaku sebagai dosen Tahap Persiapan Bersama (TPB). Pelaku diduga memanfaatkan kepercayaan mahasiswa baru terhadap dosen. Melalui percakapan dalam jaringan (daring), pelaku berhasil membuat korban percaya dan meminta korban untuk mengisikan pulsa.

Ahmad Hanifan, mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 2025, dihubungi oleh ‘nomor tak dikenal pada tanggal 12 oktober 2025 pada pukul dua siang. Ahmad dihubungi oleh pelaku yang mengaku sebagai dosen TPB atau pengajar mata kuliah Olah Kreativitas dan Kewirausahaan (OKK). 

“Gua tuh di-chat awalnya, terus tiba-tiba ditelpon. Waktu itu gua dihubungi tanggal 12 oktober 2025 di jam dua. Pertama itu, dia telpon gua habis itu dia mintain Kartu Rencana Studi  (KRS) gua dan segala macam pokoknya. Dia ngomongnya gak jelas dah, terus dia ngomongnya buru-buru. Jadi kayak gua awalnya diminta fotoin kartu KRS, tiba-tiba dia nanya ke hal lain. Jadi mungkin itu kayak dari psikologis biar gua gak terlalu mikirin banget dan terpacu sama omongan dia,” Ujar Ahmad

Pelaku diduga memanfaatkan posisi rentan mahasiswa baru yang masih dalam masa adaptasi lingkungan kampus. Ia menghubungi korban melalui pesan dan panggilan telepon, lalu mengaku sebagai dosen TPB atau pengajar mata kuliah OKK. Untuk memperkuat penyamarannya, pelaku bahkan mengirimkan foto dosen asli dan berbicara dengan intonasi serta gaya bicara menyerupai dosen tersebut.

“Dia ngomongnya lancar banget, kayak dosen beneran. Awalnya ragu, tapi karena gayanya meyakinkan, gua percaya saja,” ujar Ahmad.

Dalam percakapan yang berlangsung hampir satu jam, pelaku berbicara dengan tempo cepat. Pelaku awalnya mengirimkan foto dosen OKK korban dan menanyakan apakah korban mengenali dosen tersebut. Setelah itu, pelaku mulai meminta berbagai hal, mulai dari foto  KRS, jadwal kuliah, hingga informasi pribadi seperti lokasi kos dan kepemilikan motor.

“Awalnya dia kirim foto dosen gua dan nanya, ‘kamu kenal sama dosen ini nggak?’ Karena gua jawab kenal, dia langsung minta foto KRS, jadwal kuliah, sampai nanya gua kos di mana dan punya motor atau nggak,” ujar Ahmad

Selain itu, Ahmad juga menjelaskan bahwa pelaku mengirimkan beberapa foto sivitas akademika lain dan menanyakan apakah korban mengenali orang-orang tersebut. Jika korban tidak mengenali, pelaku akan menyalahkan dan menegur korban dengan gaya seolah-olah seorang dosen yang sedang ‘mendidik’ gaya ini membuat korban semakin yakin.

“Dia juga kirim beberapa foto dosen lain dan nanya, ‘kamu kenal nggak sama mereka?’ pas gua bilang nggak kenal, dia malah marah dan bilang, ‘kamu mahasiswa baru tapi nggak kenal dosenmu sendiri?’ Nada bicaranya tegas banget kayak dosen yang lagi menegur mahasiswa, jadi gua makin yakin kalau itu benar dosen gua,” ujar Ahmad

Ahmad menjelaskan bahwa pelaku meminta korban untuk mengisi pulsa sebesar Rp100.000 ke nomor yang ia berikan, dengan alasan memiliki urusan mendesak. Ahmad yang merasa sungkan menolak permintaan pelaku akhirnya menuruti permintaan tersebut. Pelaku bahkan meminta Ahmad untuk menghubungi teman-temannya untuk memenuhi permintaan yang sama.

“Dia bilang ada urusan mendesak dan minta gua buat isi pulsa seratus ribu ke nomor yang dia sebutin. Karena gua pikir itu benar dosen gua dan nggak enak nolak, gua juga waktu itu pikirannya lagi nggak bener, akhirnya gua turutin. Setelah itu dia malah minta gua buat hubungin teman-teman lain soal permintaan dia,”

Namun tak lama setelah itu, Ahmad merasa ada yang janggal dan langsung menghubungi nomor asli dosen OKK-nya. Di sinilah Ahmad baru sadar bahwa ia telah ditipu.

“Gua langsung hubungi dosennya. Beliau bilang nggak pernah minta pulsa sama sekali. Waktu itu gua baru sadar kalau itu penipu,” ujar Ahmad.

Setelah kejadian tersebut, pihak kampus mengeluarkan imbauan resmi kepada seluruh mahasiswa untuk berhati-hati terhadap bentuk penipuan yang mengatasnamakan dosen. Imbauan dikirim melalui dosen pembina dari masing-masing kelompok dalam bentuk pesan broadcast daring. Namun menurut korban, imbauan itu datang terlambat karena sudah ada mahasiswa yang terlanjur menjadi korban.

“Setelah gua telpon beliau tentang kejadian tersebut, baru di kirim broadcast chat kayak ‘hati-hati penipuan mengatasnamakan dosen’ ke grup Whatsapp OKK gua. Tapi ya udah telat, korban keburu banyak,” ujar Ahmad.

Menanggapi kasus ini, Zaenal Muttaqin dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unpad sekaligus dosen mata kuliah Agama Islam untuk mahasiswa TPB, menilai bahwa kejadian ini merupakan bentuk penyalahgunaan kepercayaan akademik.

“Ini bukan sekadar kehilangan uang, tapi juga penyalahgunaan relasi akademik antara dosen dan mahasiswa baru,” ujar Zaenal.

Zaenal juga menyampaikan bahwa ia merasa tidak nyaman jika data dirinya digunakan untuk melakukan aksi penipuan. Menurut Zaenal, oknum yang menggunakan data pribadi dosen untuk melakukan aksi penipuan dapat mengganggu rasa percaya antara dosen dan mahasiswa. 

“Sebagai dosen, tentu saya merasa tidak nyaman dan dirugikan kalau nama atau identitas saya digunakan untuk hal-hal yang menipu mahasiswa. Itu mencederai kepercayaan antara dosen dan mahasiswa, dan mencemarkan nama baik institusi,” ujarnya.

Zaenal yakin bahwa mahasiswa baru merupakan kelompok yang paling rentan menjadi korban karena masih beradaptasi dengan lingkungan kampus dan cenderung patuh terhadap dosen. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya penguatan sikap kritis dan komunikasi kolaboratif agar mahasiswa tidak mudah terjebak dalam situasi serupa.

“Mahasiswa harus punya critical thinking. Kalau ada yang mengaku dosen dan meminta sesuatu, jangan langsung percaya. Tanyakan dulu ke teman atau cek ke pihak kampus. Itu bagian dari kolaborasi dan komunikasi yang sehat,” ujarnya.

Zaenal berharap kampus tidak berhenti hanya pada langkah reaktif seperti imbauan, tetapi mulai membangun sistem pencegahan yang berkelanjutan. Harus ada sistem proteksi yang kuat untuk mencegah oknum untuk melakukan aksi, dan penangan langsung untuk korban secara hukum.

“Imbauan itu penting, tapi sifatnya reaktif dan sementara. Harus ada langkah antisipatif. Misalnya dari pihak Unpad yang menguatkan sistemnya atau bisa juga dalam bentuk pembekalan TPB seperti isu bullying atau kekerasan seksual, karena ini juga merugikan banyak pihak,” ujarnya.

Zaenal menegaskan bahwa kasus seperti ini seharusnya menjadi refleksi bagi seluruh sivitas akademika Unpad untuk menguatkan kejujuran, kehati-hatian, dan etika digital.  

“Setiap peristiwa seperti ini harus jadi pelajaran. Tugas kita bukan hanya menyalahkan, tapi memperbaiki dan membangun sistem yang lebih baik,” ujarnya.

Penulis : Muhammad Yudhistira Magis Widiawanto

Editor : Fernaldhy Rossi Armanda, Alifia Pilar Alya Hasani

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

news-0812

yakinjp


sabung ayam online

yakinjp

yakinjp

yakinjp

rtp yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

judi bola online

slot thailand

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

yakinjp

ayowin

mahjong ways

judi bola online

9001

9002

9003

9004

9005

9006

9007

9008

9009

9010

9011

9012

9013

9014

9015

10031

10032

10033

10034

10035

10036

10037

10038

10039

10040

10041

10042

10043

10044

10045

10101

10102

10103

10104

10105

10106

10107

10108

10109

10110

10221

10222

10223

10224

10225

10226

10227

10228

10229

10230

10111

10112

10113

10114

10115

10231

10232

10233

10234

10235

10236

10237

10238

10239

10240

9016

9017

9018

9019

9020

9021

9022

9023

9024

9025

9026

9027

9028

9029

9030

10046

10047

10048

10049

10050

10051

10052

10053

10054

10055

10056

10057

10058

10059

10060

10116

10117

10118

10119

10120

10121

10122

10123

10124

10125

10126

10127

10128

10129

10130

10206

10207

10208

10209

10210

10211

10212

10213

10214

10215

10216

10217

10218

10219

10220

9036

9037

9038

9039

9040

9041

9042

9043

9044

9045

10061

10062

10063

10064

10065

10066

10067

10068

10069

10070

10131

10132

10133

10134

10135

10136

10137

10138

10139

10140

10196

10197

10198

10199

10200

10201

10202

10203

10204

10205

10001

10002

10003

10004

10005

10006

10007

10008

10009

10010

10011

10012

10013

10014

10015

10016

10017

10018

10019

10020

10021

10022

10023

10024

10025

10026

10027

10028

10029

10030

10141

10142

10143

10144

10145

10146

10147

10148

10149

10150

10181

10182

10183

10184

10185

10186

10187

10188

10189

10190

10191

10192

10193

10194

10195

10071

10072

10073

10074

10075

10076

10077

10078

10079

10080

10081

10082

10083

10084

10085

10151

10152

10153

10154

10155

10156

10157

10158

10159

10160

10161

10162

10163

10164

10165

10166

10167

10168

10169

10170

10171

10172

10173

10174

10175

10176

10177

10178

10179

10180

10086

10087

10088

10089

10090

10091

10092

10093

10094

10095

10096

10097

10098

10099

10100

news-0812