Booth Unit Kegiatan Mahasiswa dalam kegiatan Penerimaan Raya Mahasiswa Baru Universitas Padjadjaran tahun 2024 (WARTA KEMA UNPAD)
Booth Unit Kegiatan Mahasiswa dalam kegiatan Penerimaan Raya Mahasiswa Baru Universitas Padjadjaran tahun 2024 (WARTA KEMA UNPAD)
Booth Unit Kegiatan Mahasiswa dalam kegiatan Penerimaan Raya Mahasiswa Baru Universitas Padjadjaran tahun 2024 (WARTA KEMA UNPAD)

 

Warta Kema — Menanggapi berbagai isu yang beredar terkait keberlanjutan Penerimaan Raya Mahasiswa Baru Universitas Padjadjaran (Prabu Unpad) tahun 2025, pihak Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM Kema) Unpad dan rektorat angkat bicara. Klarifikasi ini disampaikan guna meluruskan sejumlah informasi yang dinilai tidak sesuai dengan fakta di lapangan, khususnya terkait keberadaannya. Prabu Unpad merupakan agenda tahunan universitas yang bertujuan mengenalkan lingkungan kampus kepada mahasiswa baru. 

Melalui kanal resmi instagram @bem.unpad, BEM Kema memastikan bahwa Prabu 2025 akan tetap diselenggarakan. Kepastian ini ditandai dengan dibentuknya Panitia Seleksi (Pansel) yang terdiri atas perwakilan dari Organisasi Mahasiswa (Ormawa), Mahasiswa Berprestasi (Mapres), dan Putra-Putri Padjadjaran untuk pemilihan Project Officer (PO) Prabu secara objektif. Lebih lanjut, BEM menjelaskan alasan di balik masifnya informasi mengenai proses bidding PO di akun resminya, karena tidak seluruh proses bidding Prabu berada di bawah kendali BEM.

Sejalan dengan ini, Amanda Erica Ferdianti, Kepala Departemen Kaderisasi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (KPSDM) BEM Kema Unpad, membenarkan adanya pergeseran pengelolaan Prabu 2025 kepada pihak rektorat berdasarkan hasil audiensi dengan perwakilan mahasiswa. Namun, keputusan tersebut dinilai sepihak, karena telah ditentukan sebelum diskusi bersama BEM Kema dan KPSDM fakultas benar-benar dilakukan. 

“Pergeseran pengelolaan Prabu memang benar, sesuai dengan hasil audiensi. Namun, keputusan sepenuhnya berasal dari pihak rektorat, karena kami (BEM) hanya diminta memberikan pendapat sebagai KPSDM,” ungkap Amanda.

Di samping itu, Inu Isnaeni Sidiq, Direktur Kemahasiswaan Unpad, membantah anggapan bahwa Prabu diambil alih oleh rektorat. Menurut Inu, mahasiswa tetap dilibatkan dalam proses penyelenggaraan Prabu sehingga tidak tepat apabila disebut ambil alih. Keterlibatan rektorat dinilai penting, mengingat BEM kerap memulai proses kerja lebih awal, terutama dalam pemilihan PO. Hal ini berisiko menghasilkan konsep yang kurang sejalan dengan nilai-nilai universitas dan berpotensi menimbulkan dikotomi dalam struktur kepanitiaan.

“Prabu itu bukan diambil alih oleh rektorat, ‘kan mahasiswa masih dilibatkan. Kami (rektorat) merasa BEM bergerak terlalu cepat dalam pemilihan PO. Konsep yang mereka usung terkadang berbeda dengan nilai yang disampaikan, sehingga menimbulkan dikotomi kepanitiaan,” bantah Inu. 

Amanda turut meluruskan bahwa Prabu bukanlah milik BEM, melainkan amanah yang diberikan oleh pihak rektorat. Maka dari itu, BEM hanya berperan sebagai fasilitator untuk kepentingan Kema Unpad tanpa melibatkan kepentingan pribadi dalam pelaksanaannya.

“KPSDM BEM itu bukan pemilik Prabu, tapi diamanahkan untuk menjalankan Prabu dengan jobdesc mencari PO, bikin kurikulum, dan menjalankan Garis Besar Haluan Pengembangan dan Kaderisasi (GBHPK) sesuai kebutuhan dari Kema Unpad,” terang Amanda.

Rhido Anwari Aripin, Ketua Pelaksana Tugas (Plt) BEM Kema Unpad, menyatakan dukungan terhadap rencana pengintegrasian yang disampaikan oleh pihak rektorat. Namun, ia menolak jika proses tersebut dilakukan dengan cara yang mendelegitimasi peran mahasiswa dalam penerapannya.

“Sebelum audiensi, BEM bersama kepala bidang diminta untuk ngobrol sama Direktorat Kemahasiswaan dan Hubungan Alumni (Dirkema). Di situ kita ngobrol tentang pengintegrasian dan aku setuju, cuman yang jadi problem itu adalah pengintegrasiaan yang dimaksud bukan berarti menghilangkan elemen mahasiswa,” ungkap Rhido.

Pihak rektorat menjamin akan adanya kesetaraan hak dalam mengemukakan pendapat. Hal ini didukung oleh mekanisme monitoring dan evaluasi dalam struktur kemahasiswaan yang melibatkan pihak Sistem Penjaminan Mutu (SPM) dan KPSDM BEM.

“Kami (rektorat) menjamin kesetaraan hak dalam berpendapat, karena pada monitoring dan evaluasi terdapat dua unsur yaitu KPSDM BEM dan SPM yang bertugas untuk mengevaluasi ketercapaian kurikulum Unpad, salah satunya mengenai jati diri,” ujar Inu.

Di tengah berbagai perubahan dalam pelaksanaan orientasi mahasiswa baru tahun ini, Rhido berharap pelaksanaan Prabu dapat berjalan lancar dan para mahasiswa baru bisa mendapatkan kesan yang baik dalam proses penerimaan. Ia juga berharap nilai-nilai keunpadan dapat tersampaikan dengan baik kepada seluruh peserta Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) .

“Harapannya Prabu 2025 berjalan dengan lancar. Panitianya juga paham sampai ke teknis-teknisnya dan tidak menelantarkan mahasiswa baru, karena sejatinya PKKMB itu gerbang awal bagi mahasiswa baru untuk memulai masa perkuliahan,” ucap Rhido.

Amanda menambahkan, bahwa mahasiswa baru tetap mendapatkan pengalaman yang positif dan bermakna. Ia juga menekankan bahwa mahasiswa baru adalah subjek utama yang belum mengetahui banyak hal dan tidak seharusnya menjadi pihak yang dirugikan oleh perubahan yang terjadi.

“Karena pada akhirnya subjek kita adalah mahasiswa baru yang gak tahu apa-apa. Diharapkan walaupun perubahannya masif banget, tapi mereka tetap mendapatkan experience yang bisa membantu mereka untuk survive di Unpad. Selanjutnya, semoga hak dan kewajiban panitia mahasiswa diberikan secara penuh. Dan semoga mahasiswa baru gak cuman dijadikan kambing percobaan, tapi benar-benar di-value sebagai orang yang butuh experience,” ujar Amanda.

Inu turut memberikan harapannya agar kemahasiswaan Unpad bisa semakin membaik, dengan berkembangnya soft skill dan capaian prestasi mahasiswa. Ia juga menekankan pentingnya kesadaran berorganisasi di kalangan mahasiswa, mengingat universitas hanya memfasilitasi dan mahasiswalah yang memegang peranan krusial. 

“Mudah-mudahan, kemahasiswaan Unpad ke depannya semakin membaik dengan meningkatnya soft skill dan prestasi. Maka dari itu, ayo teman-teman mahasiswa, aktif dalam keorganisasian kampus, karena kalau bukan kita yang menguatkan, siapa lagi? Kami hanya bisa memfasilitasi, yang memiliki peran utamanya adalah teman-teman mahasiswa,” ucap Inu. 

Berdasarkan pernyataan dari kedua pihak, Prabu 2025 dipastikan akan berlangsung pada bulan Agustus, namun dengan kebijakan yang berbeda dari tahun sebelumnya. Kolaborasi sinergis antara rektorat dan mahasiswa sangat diperlukan agar Prabu dapat berjalan optimal dan memberikan kesan positif kepada mahasiswa baru mengenai transisi dari siswa menjadi mahasiswa.

 

Penulis: Wanda Rahmawati Azahra

Editor: Alifia Pilar Alya Hasani, Fernaldhy Rossi Armanda

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *