
Metro Jabar Trans (MJT) tengah menjalani masa transisi penting dalam layanan transportasi publik, khususnya di Koridor 5 rute Dipatiukur–Jatinangor. Sejak beberapa waktu terakhir, masyarakat pengguna rute ini dikejutkan dengan penggantian bus besar ke bus medium.
Transisi ini merupakan tahap awal menuju penggunaan bus besar listrik. Hal ini menuai beragam tanggapan, terutama dari para pengguna harian seperti mahasiswa dan pekerja. Menurut pihak MJT, keputusan tersebut didasarkan pada sejumlah pertimbangan teknis dan operasional.
Yogi, perwakilan dari tim Badan Pengelola Bus Rapid Transit (BP BRT) Metro Jabar Trans, menjelaskan bahwa penggantian bus besar ke bus medium dilakukan karena masa penggunaan unit bus besar sebelumnya telah habis.
“Bus besar masa unitnya sudah habis, dan kebetulan untuk jalur dalam kota sebenarnya kurang efektif, jadi diganti dengan bus medium yang lebih efisien di jalanan padat,” ujarnya.
Sedangkan menurut Gina, mahasiswi Universitas Padjadjaran, pengguna tetap Koridor 5, merasa pergantian ini mengejutkan dan tidak sepenuhnya memadai.
“Bus medium terlalu sempit, rawan saat penuh. Tapi kebersihannya meningkat dan sekarang tiap kursi punya sabuk pengaman,” ungkapnya.
Meski rencananya akan diganti dengan bus besar listrik, hingga kini belum ada jadwal resmi terkait peluncuran armada baru tersebut. Yogi menyebutkan bahwa infrastruktur kota seperti sistem pengecasan belum sepenuhnya siap mendukung operasional bus listrik.
“Bus listrik belum pasti, karena sarana dan prasarana terutama pengecasan belum memadai, kalau macet, takutnya habis baterai dan layanan terganggu,” jelasnya.
Selain itu, banyaknya keluhan dari penumpang, seperti ukuran bus medium yang dianggap sempit dan unit yang terbatas menyebabkan pihak MJT memutuskan untuk mengoperasikan kembali sebagian armada bus besar lama sebagai cadangan.
“Harusnya penumpang bisa menyesuaikan dulu dengan bus medium. Tapi karena pro-kontra, kami keluarkan lagi bus besar yang lama,” ucapnya.
MJT juga melakukan penyesuaian jadwal layanan menjadi 5 menit pada jam sibuk, lebih cepat dari jadwal sebelumnya yang 7-10 menit. Yogi menegaskan saat ini, total armada yang melayani Koridor 5 terdiri dari 21 unit bus medium dan 4 unit bus besar. Kedepannya, kemungkinan akan ada penambahan hingga 10 unit bus lagi jika diperlukan.
“Evaluasi saat ini kami coba percepat jadwal layanan menjadi lima menit di jam sibuk, seperti berangkat kuliah dan sore hari saat pulang kuliah dan kerja. Sementara saat waktu lenggang akan sedikit diperlama,” ujarnya
Selain itu, Yogi menjelaskan bahwa masing-masing jenis armada memiliki kelebihan dan kekurangan. Bus besar unggul dari segi kapasitas, tetapi kurang efisien untuk rute dalam kota yang padat. Sementara itu, bus medium lebih efisien di jalanan, tetapi tidak bisa menampung banyak penumpang. Untuk bus listrik, tantangan terletak pada daya tahan baterai dan infrastruktur pendukung, meski dari sisi lingkungan tentu lebih ramah lingkungan.
“Bus besar kapasitasnya lebih banyak, tapi kurang efisien di jalur kota yang padat. Bus medium lebih efisien di jalanan, tetapi daya tampung terbatas. Sedangkan bus listrik lebih ramah lingkungan, meski daya baterai dan pengecasannya perlu dipastikan layak dulu,” jelasnya.
Terkait evaluasi, MJT mengakui bahwa saat ini hanya berfokus pada percepatan frekuensi layanan. Sementara itu, Gina berharap agar kedepannya MJT tidak hanya fokus pada inovasi teknologi, tetapi juga mempertimbangkan kuantitas armada dan kenyamanan pengguna.
“Saya harap kapasitas dan jumlah bus ditingkatkan, karena Koridor 5 ini rute vital bagi banyak orang, terutama mahasiswa,” ujarnya.
Hingga kini, jumlah dan jadwal peluncuran bus besar listrik belum dapat dipastikan. Masa transisi sendiri disebut sudah berjalan selama sepuluh hari, dan pihak MJT masih mencari skema pelayanan terbaik.
Meski sementara, transisi ini menjadi tanda awal perubahan arah transportasi publik di Bandung menuju sistem yang lebih ramah lingkungan. Namun, kesiapan infrastruktur dan adaptasi penumpang tetap menjadi tantangan utama yang harus terjawab dalam waktu dekat.
Penulis : Salwa Nabila Ayu
Editor : Alifia Pilar Alya Hasani, Fernaldhy Rossi Armanda