Kampanye kesehatan mental “Jangan Nyerah Dulu” oleh Departemen Advokasi Kesejahteraan Mahasiswa BEM KEMA Unpad (Sumber: Warta Kema/Arini Azzahra)
Jatinangor, Warta Kema – Di tengah maraknya headline mengkhawatirkan mengenai kesehatan mental di kalangan mahasiswa dan Gen-Z, urgensi untuk menyebarkan kesadaran pun muncul. Kesadaran ini penting dibangun untuk mengurangi stigma negatif terkait kesehatan mental serta mempromosikan empati dan pengertian terhadap satu sama lain.
Departemen Advokasi Kesejahteraan Mahasiswa BEM KEMA Unpad menggalakkan kesehatan mental melalui program kerja “Padjadjaran Crisis Center” (PCC) dalam kampanye “Jangan Nyerah Dulu”. Melalui berbagai ujaran dukungan pun dilayangkan kepada para mahasiswa yang melewati Brooklyn Unpad pada Senin (30/10).
Kampanye “Jangan Nyerah Dulu” ini berhasil menunjukkan sensitivitas terhadap kesehatan mental. Ini terbukti dengan adanya respons positif dari beberapa orang di Twitter (sekarang X). Sebuah cuitan yang diunggah melalui akun @DraftAnakUnpad pada Senin (30/10) misalnya, menyebutkan bahwa program kerja BEM KEMA Unpad tersebut membuat harinya jauh lebih baik.
Tanggapan Kampanye “Jangan Nyerah Dulu” (Sumber: Twitter (X)/@DraftAnakUnpad)
Menurut salah satu peserta kampanye Meisya, fenomena stres dan depresi marak terjadi di kalangan mahasiswa. Pasalnya, seringkali mahasiswa berada dalam kondisi rentan stres mengingat mereka tidak hanya mengikuti perkuliahan saja, tetapi juga organisasi dan kepanitiaan. Hal tersebut tentunya dapat membebani pikiran untuk sebagian orang bahkan dapat menjadi lebih parah jika lingkungan sekitar tidak mendukung. Meisya juga menekankan pentingnya support system.
“Oke, mungkin tadi juga aku sempet mention support system gitu ya, karena jujur memang itu paling utama. Terus juga, mungkin kalau misalnya kita ngeliat temen kita yang lagi down gitu ya, dari kesadaran diri kita juga kita membantu gitu secara tidak langsung walaupun tidak bisa memberi saran atau bagaimana,” ujarnya.
Support system juga dianggap penting oleh beberapa mahasiswa Unpad ketika diwawancarai mengenai upaya mendukung kesehatan mental. Mereka berkata bahwa secara individual, mereka dapat pendengar yang baik, mengajak untuk keluar dari pikiran negatif, dan memberikan saran jika dibutuhkan.
“Kalau ada teman yang sekiranya merasa punya problem, ya (kita) bisa jadi pendengar yang baik dan kalau misalnya butuh solusi ya kasih solusi, dan nemenin lah temen kita yang misalnya ada masalah biar gak depresi. (Itu) langkah pertama yang paling efektif menurut aku,” ujar A, mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Hal selaras juga disampaikan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Yolan yang menyebutkan bahwa selain menjadi pendengar, terkadang dirinya juga menanyakan mengenai tawaran feedback.
“Sebenernya aku punya sih kak (teman yang punya stres), tapi balik lagi karena aku pun orangnya bukan yang punya keahlian (menjadi pendengar dan penasihat). Jadi kalau aku, misalnya sebelum mereka (cerita) tuh, aku kayak nanya dulu, ‘kamu maunya aku dengerin aja atau mau aku kasih feedback?’. Gitu sih kak paling misalnya kalau dia pengen lagi cerita, ya aku dengerin, terus misalnya kalau butuh feedback ya aku kasih. Terus, kalaupun dia lagi butuh waktu sendiri, ya aku biarin tapi gak ngebiarin banget,” ujar Yolan.
Kumpulan pemberitaan mengenai kesehatan mental pada generasi muda (Sumber: Kompas.id)
Walaupun Yolan dan beberapa mahasiswa lain mengaku kebingungan mengenai cara terbaik untuk memberikan dukungan pada teman yang sedang stres atau bahkan depresi, mereka semua sepakat bahwa tidak menghakimi dan setidaknya menjadi pendengar yang baik adalah hal yang patut dilakukan.
“Ya jadi (pendegar) tuh aware (dan) bisa jadi temen cerita, tapi mungkin karena (pendengar) juga—aku pun sama tidak tahu cara menanggapinya, jadi kayak kita juga bingung. Kita semua peduli tapi kita semua gak tau nih gimana cara ngerangkul mereka karena beberapa orang gak punya kemampuan (untuk menjadi pendengar), gitu,” lanjut Yolan.
Untuk menggalakan kesadaran kesehatan mental, PCC juga menyediakan link pengaduan bagi mahasiswa yang membutuhkan pertolongan dari layanan non-profesional. Selain link pengaduan, PCC juga mengenalkan “Hi-Care” dari Fakultas Psikologi Unpad. HI-Care mengadakan program konseling sebaya bagi mahasiswa Unpad yang membutuhkan teman bercerita, baik mengenai perkuliahan maupun kehidupan pribadi.
Sensitivitas dan dukungan sosial terhadap orang-orang dengan stres atau depresi tentunya adalah hal yang baik dilakukan. Namun, perlu digarisbawahi juga bahwa penanganan profesional lebih utama. Salah satu staff di Hi-Care yang dimintai tanggapan juga menyarankan apabila sudah mengarah pada permasalahan yang berkaitan dengan klinis, penanganan profesional sangat diperlukan.
Reporter : Arini Azzahra
Editor : Khansa Nisrina P