People Come and Go: Bagaimana Cara Kita Menyikapinya?

Loading

Ilustrasi Sekelompok Remaja Sedang Berfoto (sumber: Fortune

 

People come and go”, begitulah orang-orang menyebut momen ketika seseorang datang dan pergi dalam kehidupan. Roda kehidupan sejatinya berputar dengan sangat cepat, hingga kita tidak menyadari bahwa terdapat perpisahan dalam setiap pertemuan. Ketika waktunya tiba, akan selalu ada orang yang pergi dari kehidupan kita, entah karena mereka ingin mengembangkan hidup atau memang sudah waktunya saja untuk pergi.

Fase people come and go memiliki arti bahwa akan ada orang yang datang dan pergi dalam kehidupan kita sesuai masanya masing-masing. Orang-orang tersebut akan memberikan pengalaman yang tak terlupakan, serta peringatan bahwa sejatinya tidak ada yang abadi di dunia ini. 

Di bangku perkuliahan sendiri, umumnya fase people come and go dirasakan pada kepanitiaan, organisasi, dan mata kuliah bersama. Seperti masa Penerimaan Raya Mahasiswa Baru Unpad (PRABU), mata kuliah Olah Kreativitas dan Kewirausahaan (OKK) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) contohnya, tentu banyak Sobat Warta yang merasakan fase ini.  

Fase people come and go ini dirasakan oleh mahasiswi Bahasa dan Budaya Tiongkok FIB Unpad angkatan 2021 Destira Azhara ketika menjalani program kerja (proker) mahasiswa.

“Aku pernah ngalamin hal ini (fase people come and go) pas berpisah dengan teman-teman proker. Proker ini punya beberapa rangkaian acara dalam empat bulan, jadi kita seminggu sekali bonding terus. Ketika beberapa rangkaian acara itu udah selesai, kita udah jarang kumpul lagi dan ketawa-ketawa bareng. Pas baru-baru beres (proker) itu kayak hampa sih, seminggu sekali nggak ada bonding (lagi),” tutur Destira. 

Pengalaman yang berkaitan dengan fase people come and go juga dialami oleh mahasiswi Fakultas Hukum Unpad angkatan 2021 Nabila Salmaa. Sedikit berbeda dengan Destira, fase ini dialami Nabila ketika ia dan temannya memutuskan untuk tidak berinteraksi secara intens.

“Pernah (mengalami fase people come and go), (yaitu) berpisah dengan teman waktu maba.  Pokoknya di pertemanan itu tuh, kita kayak deket banget dulu, kemana-mana bareng, kemana-mana sekelompok. Terus kalau belajar selalu bareng, tapi ada satu momen dimana kita berdua punya problem yang membuat kita renggang. Saat itu aku udah berusaha untuk memperbaiki, cuma dari pihak satunya (temenku) udah ngerasa kurang cocok untuk berteman lagi, jadi kita memutuskan untuk nggak bisa berteman secara dekat,” ujar Nabila. 

Tentunya, orang-orang tidak akan selalu pergi, tetapi juga ada orang-orang baru yang datang. Hal ini tentu dirasakan oleh para mahasiswa ketika menginjak kelas pertama, mengikuti beragam kepanitiaan dan organisasi, maupun kegiatan mahasiswa lainnya. Hadirnya orang baru membangkitkan awareness dalam diri kita dan akhirnya menjadikan kita untuk beradaptasi serta lebih terbuka dengan orang-orang baru.

Destira dan Nabila memiliki pengalaman yang hampir serupa terkait kedatangan orang-orang baru di kehidupan mereka. Menurut mereka, datangnya orang-orang baru dapat menyembuhkan kesedihan dari orang yang telah pergi.

“Tentunya aku pernah ngerasain orang baru dateng (di kehidupan). Jadi, sebenernya setelah kejadian yang itu (tidak berteman lagi dengan teman dekat), aku pas kuliah offline langsung dapet temen baru. Walau aku udah sering banget sekelas sama mereka, tapi tadinya nggak deket. Pas acara Gebyar FH (perayaan ulang tahun Fakultas Hukum Unpad), aku diajak untuk nonton konser Gebyar bareng. Dari situ, kita deket dan sampai sekarang, kita survive dan menjalankan suka duka bareng. Terus, mereka juga yang bisa nyembuhin kesedihan aku pas kehilangan teman kemarin,” tutur Nabila. 

Berdasarkan pengalaman yang dialami Destira dan Nabila, dapat tergambar bahwa semua orang memiliki waktu dan masanya masing-masing di kehidupan kita. Teman yang dulunya selalu bersama kita, di masa kini dapat saja tidak bisa bersenda gurau dengan kita lagi. Namun, sebagai manusia, kita tetap harus bijak dan ikhlas untuk menyikapi kepergian orang-orang tersebut dalam kehidupan kita. 

“Pada akhirnya aku harus menyadari bahwa hal tersebut (kepergian orang-orang) adalah lumrah karena setiap orang itu memiliki tujuan yang berbeda. Mungkin yang awalnya satu tujuan sama kita, bisa aja di pertengahan harus pergi dan jalan sendiri untuk mencapai tujuan tersebut. Setiap orang berhak atas pilihannya dan kita harus terima itu,” tambah Destira. 

Lebih lanjut, Nabila menambahkan bahwa setiap orang yang datang dan pergi dalam kehidupan pasti akan meninggalkan pelajaran yang berbeda.

“Terus juga orang orang yang dateng ke hidup kita bukan untuk stay selamanya, tapi untuk menjadi sesuatu yang memberi kita lesson di kehidupan kita pada masa itu. Jadi, ketika masanya sudah berhenti, ya mau nggak mau orang orang tersebut akan pergi dan diganti sama orang-orang baru yang bakal ngasih kita lesson lain lagi,” tutur Nabila.

Berdasarkan pendapat dan pengalaman dari Destira dan Nabila, sebagai manusia pada hakikatnya tinggal di dunia yang serba fana. Artinya, kita harus bijaksana dan cerdas dalam menyikapi hal yang fana tersebut. Fase people come and go memang tidak mudah, tetapi kita harus bergerak maju dan meninggalkan hal yang sudah berlalu di hidup kita.

Seperti kata Tulus dalam lagunya yang berjudul “Hati-Hati di Jalan”, yaitu kau melanjutkan perjalananmu, kumelanjutkan perjalananku, artinya manusia akan berkembang untuk melanjutkan perjalanannya masing-masing, sehingga tidak semua orang akan singgah dalam waktu yang abadi dalam hidup kita. Tetap semangat, Sobat Warta!

Penulis: Soraya Firmansjah

Editor: Khansa Nisrina Pangastuti

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *