GSSTF, Nyawa Sastra, Teater, dan Perfilman Universitas Padjadjaran

Gelanggang Seni Sastra, Teater, dan Film (GSSTF)

Loading

Gelanggang Seni Sastra, Teater, dan Film (GSSTF) Gelanggang Seni Sastra, Teater, dan Film (GSSTF).

Jatinangor, Wartakema Seni adalah perkara yang universal dan melekat pada kehidupan, tak terkecuali bagi mahasiswa. Mulai dari seni rupa hingga seni pertunjukkan, mahasiswa diberi kebebasan untuk berkarya. Di Universitas Padjadjaran sendiri, kurang afdal ketika membahas kesenian tanpa menyebut salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang cukup populer. Kerap disingkat GSSTF, Gelanggang Seni Sastra, Teater, dan Film menjadi salah satu tokoh utama dalam agenda menghidupkan seni sastra dan teater di kalangan mahasiswa Universitas Padjadjaran.

 

Terbentuk sekitar tahun 1984, GSSTF telah menjadi latar terciptanya berbagai karya mahasiswa Unpad. Tak hanya menciptakan pertunjukkan sastra dan teatrikal melalui film-film kreatif, GSSTF juga menciptakan ruang bagi mahasiswa Unpad untuk mengembangkan bakat dan minatnya.  

 

Ketua (Lurah) GSSTF 2023 Alda Gracia, mengaku bahwa kegiatan yang ditawarkan mampu mewadahi minatnya dan selaras dengan jurusannya, yaitu Televisi dan Film.

 

“Karena aku di SMA ikut kabaret, jadi pengen lanjutin juga di kampus. Jadi pas nyari-nyari ternyata ada UKM teater, walaupun beda sama kabaret. (GSSTF) sekaligus ada filmnya juga yang selaras sama jurusan aku, jadi bisa mewadahi minat dan bakat aku,” jelas Alda.

 

Secara organisatoris, GSSTF terbagi atas dua bidang, yaitu bidang operasional yang terdiri atas beberapa divisi meliputi MSDO (Manajemen Sumber Daya Organisasi), Humas dan Media, dan Kesekretariatan serta bidang produksi yang terdiri atas Sastra, Teater, Film, dan Artistik.  Kedua bidang ini bekerja secara berkesinambungan.

 

“Untuk bidang produksi tiap divisi ada prokernya sih, tapi kalau nanti bersinggungan bisa saling bantu. Contohnya untuk Divisi Teater kalau bikin naskah bisa konsul ke Divisi Sastra,” ungkap Alda.

 

Adapun pembagian divisi tersebut hanya diperuntukkan bagi para pengurus, sedangkan anggota dibebaskan untuk memilih program yang akan diikuti. Meskipun GSSTF tidak memiliki kegiatan rutin untuk semua anggota, UKM satu ini memiliki agenda yang dilakukan berdasarkan program kerja (proker) yang telah diatur.

 

Pada awal kepengurusan di semester genap, para anggota baru disambut dengan Pelatihan Dasar Seni (PDS) yakni diklat untuk calon anggota. PDS GSSTF tahun 2023 mengambil tema “Gama Dig Catha” yang bermakna sebagai perjalanan seseorang agar lebih mumpuni dalam kemampuan kreativitasnya. Diharapkan, kegiatan ini dapat memberikan gambaran terkait seni sastra, teater, dan film di GSSTF pada anggota baru dalam memulai perjalanan mereka.

 

Setelah melewati tiga rangkaian PDS, perjalanan anggota baru yang dijuluki “anggota muda” berlanjut pada pementasan perdana (PENA). Dalam PENA, anggota muda diharuskan untuk membuat pementasannya sendiri.

 

“Jadi anggota muda itu adalah anggota yang baru lulus dari PDS, terus mereka buat pementasan sendiri, jadi semacam showcase debut gitulah ya,” ujar Alda.

 

GSSTF juga memiliki sebuah proker besar di akhir kepengurusan yang bertajuk “Parade”. Acara yang diselenggarakan sekitar bulan November ini mementaskan sastra, teater, dan film. Tahun kemarin, Parade 2022 yang diselenggarakan di Aula Sosek Fakultas Pertanian mempertontonkan dua film, yaitu “Sepherdless Sheep” dan “An Old F(r)iend’s Knock”. Tak ketinggalan, teater berjudul “Rekah” juga dipentaskan pada acara tersebut.

 

Selain pementasan, kelas-kelas yang berkaitan dengan bidang produksi GSSTF juga menjadi agenda wajib bagi UKM satu ini. Tak dikhususkan untuk anggotanya saja, kelas ini juga dibuka untuk umum dengan kuota terbatas.

 

“Di sela-sela (program kerja) itu, ada kelas sastra, film, teater, dan artistik. Kelas ini memfasilitasi anggota buat belajar mendalami seni yang diminati. Buat kelasnya sendiri biasanya ada 5-7 setiap tahunnya, jadi ada lumayan banyak materi yang bisa dipelajari,” terang sang lurah.

 

Meski telah berjalan puluhan tahun, bukan berarti GSSTF tak terlepas dari tantangan di setiap tahunnya. Salah satunya adalah pandemi Covid-19 yang memaksa untuk menghentikan seluruh kegiatan tatap muka hingga dua tahun lamanya. Tak dapat dimungkiri, pandemi menghambat seluruh kegiatan GSSTF yang utamanya dilakukan di luar jaringan. Pada saat itu, seluruh kegiatan dialihkan menjadi daring, melalui platform Zoom.

 

“Kalau pas pandemi semuanya full Zoom sih, waktu adaptasinya kita hybrid dulu. Mungkin ketemu di sekre, tapi tetep Zoom juga dan untuk garapan kita seminimal mungkin orangnya dan tempatnya,” ucap Alda.

 

Selain itu, tantangan lain yang cukup menjadi kendala bagi GSSTF adalah kurangnya sumber daya manusia. Karena proker dan workload yang padat, Alda mengaku sering kesulitan dalam mengatur pendistribusian SDM untuk sejumlah acara yang diselenggarakan.

 

“Kesulitan GSSTF sih sebenernya SDM ya, karena prokernya segitu banyak dan bahkan berbarengan gitu, jadi SDM-nya selalu kurang dan susah banget nyarinya,” Alda juga menambahkan, “dengan anggota yang banyak dan sistem yang by proker tadi, agak sulit, sih, maintain anggotanya,”

 

Meski begitu, nyatanya GSSTF masih dapat bersinar dan menyelenggarakan berbagai pementasan. Terlebih lagi pasca pandemi, para anggotanya tak lagi dihambat untuk berinteraksi sehingga bisa lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan UKM ini. Alda juga menambahkan bagaimana perkembangan GSSTF yang kini lebih terbuka untuk melakukan kolaborasi, baik dengan kelompok mahasiswa Unpad, maupun di luar Unpad.

“Untuk proker sama aja sih, mungkin bedanya sekarang kita ada beberapa proker kolaborasi, misalnya Layar Padjadjaran yang collab sama CC (Cinematography Club) Fikom, dan sekarang teater mau collab sama Universitas Sriwijaya. Menurut aku sekarang jadi lebih terbuka untuk kolaborasi gitu,” terangnya.

 

Selain menciptakan event-nya sendiri, GSSTF juga kerap mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh berbagai universitas dari berbagai daerah, bahkan menorehkan prestasi dari perlombaan baik di bidang sastra, teater, maupun film. Salah satunya adalah Festamasio X atau Festival Teater Mahasiswa Nasional yang dilaksanakan di Banten pada tahun 2022 lalu. Dalam ajang tersebut, GSSTF berhasil membawa pulang penghargaan “Naskah Terbaik”, nominasi “Aktor Terbaik”, dan dipercaya menjadi tuan rumah bagi Festamasio XI yang akan dilaksanakan tahun 2024. 

 

Potret GSSTF di ajang Festamasio X.Potret GSSTF di ajang Festamasio X. (Sumber: instagram.com/gsstfunpad)

Tentunya keberhasilan tersebut tak diperoleh dengan cuma-cuma. GSSTF telah mengerahkan usaha yang tidak main-main, berbulan-bulan lamanya. Meski usaha yang dilakukan tak mudah, keikutsertaan pada Festamasio X merupakan pengalaman yang tak ternilai. Lurah GSSTF juga menyebutkan bahwa lewat ajang ini, ia dan anggota lainnya mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan komunitas teater kampus lain yang menambah pengetahuan mereka terkait identitas teater yang lain. Selain itu, mereka juga sempat berkeliling daerah Banten dan mempelajari sejarahnya.

 

“Walaupun prosesnya capek banget tiap hari latihan sampai subuh tapi worth it menurut aku,” ujar Alda. 

 

Seterusnya, Alda berharap GSSTF bisa memberikan lebih banyak inovasi. Kolaborasi dan kegiatan di luar kampus juga diharapkan dapat diperbanyak, sehingga unit kegiatan ini tak hanya dikenal di kalangan mahasiswa Unpad, tetapi juga memiliki nama di kalangan eksternal.

 

Selain itu, Alda juga menekankan bahwa GSSTF sangat terbuka untuk mahasiswa Unpad yang berminat untuk bergabung. Baik anggota lama maupun baru, semua belajar bersama di bawah naungan unit kegiatan ini.

 

“Selama ada kemauan, usaha, dan passion pasti ikut GSSTF bakal seru banget untuk mengisi waktu (selain akademik) di kampus,” pesan Alda. 

 

Reporter: Intan Firdauza

Editor: Khansa Nisrina Pangastuti

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *