Jatinangor, WARTA KEMA- BEM Kema Unpad dianggap sebagai ‘Pengkhianat Jabar’ pada Musyawarah Nasional (Munas) Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) tahun 2021. Hal tersebut dikarenakan buruknya komunikasi internal dengan BEM Fakultas dan sikap ketua BEM Kema Unpad yang tetap tinggal ketika BEM SI wilayah Jawa Barat memilih meninggalkan Munas. Keadaan semakin buruk ketika BEM Kema Unpad hadir sebagai perwakilan Jawa Barat, padahal tidak ada koordinasi dengan BEM wilayah Jawa Barat.
Agar kejadian tahun lalu tidak kembali terulang, BEM Kema Unpad melaksanakan konsolidasi terbuka pada Kamis (12/05) untuk menyaring aspirasi terkait langkah yang akan diambil pada Munas ke-XV. Ketua BEM Kema Unpad Virdian Aurellio, atau yang biasa disapa Iyang menyampaikan sejarah, kondisi, posisi, pernyataan sikap, maupun usulan BEM Kema Unpad.
BEM Kema Unpad memiliki dua plan, yaitu plan A dan B. Plan A memosisikan BEM Kema Unpad sebagai koordinator isu dengan menjadi panitia inti yang akan memberikan signifikansi lebih jauh, sedangkan plan B BEM Kema Unpad menjadi anggota biasa, tetapi terlibat aktif di wilayah Jawa Barat. Akhirnya, BEM Kema Unpad mengambil plan B karena plan A akan membuat terikat secara struktural. Keputusan ini berdasarkan kesepakatan dalam Musyawarah Mahasiswa pada (13/05).
“Izin menyampaikan secara verbal dari hasil pemaparan saya di konsolidasi adalah memaparkan 20 halaman lebih mengenai persiapan Musyawarah Nasional BEM SI dan di akhir terdapat kesimpulan bahwa hasil konsolidasi sepakat bahwa BEM Kema Unpad mengikuti BEM SI Kerakyatan hanya sebagai anggota saja, tetapi secara aktif dimana harus memberikan gagasan dan usulannya,” ucap Iyang.
BEM Kema Unpad menekankan landasan bebas aktif yang prinsipnya tetap hidup, di mana posisi BEM Kema Unpad tetap independen selama satu prinsip, demokratis serta memiliki visi dan narasi yang sama. Iyang menegaskan bahwa bersama siapa pun nanti Unpad turun untuk aksi, Unpad akan turun tetap sebagai Unpad, bukan sebagai aliansi.
“Nah gini prinsipnya, kita kalau turun ya sebagai unpad, mau BEM SI aksi juga kita tetep keluarnya sebagai Unpad. Kalau ada seruan aksi ya Padjadjaran melawan, bukan BEM SI melawan. Balik ke 2019 ya, waktu BEM SI masih nyatu, tapi ada BEM Nusantara. BEM Nusantara ini seringkali berbeda pandangan dan arah gerak. Ketika 2019 mengawal isu KPK, keduanya sama-sama kompromi untuk menjaga gedung KPK dari aparat. Jadi kalau bicara soal sevisi, kita turun sebagai kampus aja, bukan entitas apapun. Kita akan tetep bawa nama Unpad,” ujar Iyang.
Iyang juga membahas mengenai keharusan untuk memperbaiki hubungan dengan teman-teman Jawa Barat. Unpad turut menginisiasi dan memimpin pembentukan Koalisi Warga Jawa Barat (KWJB). Di luar mahasiswa, BEM Kema Unpad 2022 juga aktif berkomunikasi ke berbagai serikat dan LSM seperti LBH Bandung, Walhi Bandung, XR, Para Puan Bandung, dan media-media yang ada.
“Mengapa harus bangun hubungan baik dengan Jawa Barat karena berulang kali saya katakan kemarin ke temen-temen konsolidasi, ‘kebaikan yang berkerumun akan kalah dengan kejahatan yang berbaris’. BEM Kema Unpad hanya satu dari ribuan entitas di luar sana yang memiliki perjuangan yang sama, kalau hanya di zona nyamannya dan merasa keren sendirian, berasa bisa mengubah sendirian, bagi saya itu mustahil dan tidak mungkin. Bagaimana pun, dulur-dulur kita ini adalah teman-teman Jawa Barat. Kita kalau aksi, sebelum di Jakarta ya di Jawa Barat dulu, di Bandung dulu.” tutur Iyang.
Iyang menjelaskan lebih lanjut mengenai keadaan Koalisi Warga Jawa Barat (KWJB) yang baru dibentuk itu. Masih banyak persiapan yang harus dilakukan. Ia berkata bahwa saat ini KWJB ingin fokus untuk membangun infrastrukturnya terlebih dahulu. KWJB bisa dijadikan team think oleh BEM Kema Unpad karena anggotanya terdiri dari berbagai macam elemen sipil, mulai dari mahasiswa hingga LBH.
“Makanya saya pengen temen-temen jangan fokus pada hasilnya aja, tapi lihat prosesnya. Proses menuju hasil tersebut betul-betul banyak menghasilkan hal-hal baik, yang mungkin nantinya bisa dilanjutkan di bulan-bulan berikutnya di zaman saya, atau tahun-tahun berikutnya.” tutur Iyang lebih lanjut mengenai KWJB.
Penulis: Jeania Ananda Malik
Editor: Alya Fathinah
Foto: Jeania Ananda Malik