Toxic Positivity, Ketika Emosi Negatif Sering Kali Diabaikan

Toxic Positivity

Loading

Toxic Positivity

( Ilustrasi toxic positivity. Sumber: pexels.com/Andrea Piacquadio)

Halo, sobat warta! Memiliki pikiran positif memang memberi banyak manfaat, apalagi saat kita dihadapkan pada suatu masalah atau tantangan. Sebab, perilaku tersebut dapat menenangkan pikiran dan mencegah diri kita dari kecemasan.

Namun, berpikir positif hingga mengabaikan emosi lainnya juga akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan mental. Perilaku tersebutlah yang kemudian dikenal dengan sebutan ‘toxic positivity’. Lantas, apa sih, yang disebut dengan toxic positivity?

Toxic positivity merupakan perilaku ketika seseorang menuntut dirinya atau orang lain untuk selalu berpikir positif. Orang yang terjebak dalam perilaku tersebut akan berusaha menyembunyikan emosi negatif, seperti marah, sedih, dan kecewa. 

Walaupun terlihat tenang, banyak emosi negatif yang telah dipendam oleh si “penderita”, yang apabila hal tersebut dibiarkan, maka akan menimbulkan masalah bagi kesehatan mental. Masalah tersebut diantaranya adalah gangguan tidur, depresi, hingga gangguan kecemasan (anxiety disorder).

 

toxic positivity

( Ilustrasi toxic positivity. Sumber: pexels.com/Keenan Constance)

Perlu diketahui bahwa toxic positivity sering tak disadari banyak orang. Selain menyembunyikan emosi negatif, orang yang terjebak dalam toxic positivity juga sering kali menyisipkan kalimat merendahkan ketika mencoba memberi semangat kepada orang lain.

“Jangan menyerah, dong. Begitu saja kok nggak bisa,”

“Kamu lebih beruntung. Masih banyak orang yang lebih menderita dari kamu,”

“Coba, deh, lihat sisi positifnya. Lagi pula, ini salahmu juga, ‘kan?”

Memberi semangat kepada orang yang sedang mengalami masalah memang dianjurkan. Namun, bukan berarti kita harus mengabaikan pikiran dan emosi negatif dari yang bersangkutan. 

Agar terhindar dari toxic positivity, Sobat Warta bisa mencoba untuk mengikuti kiat-kiat di bawah ini. Dengan begitu, kita dapat mencegah diri kita agar tak terjerumus ke dalam perilaku tersebut.

 

Toxic Positivity

( Ilustrasi toxic positivity. Sumber: pexels.com/Andrea Piacquadio)
  1. Pandai-pandai mengelola emosi

Mengekspresikan pikiran atau emosi negatif bukan berarti kita boleh berlarut-larut di dalamnya. Saat kita mengalami masalah, ceritakanlah masalah tersebut kepada orang-orang terdekat, seperti orangtua, adik, kakak, atau sahabat. Mintalah nasihat dan wejangan kepada mereka. Dengan begitu, pikiran dan emosi kita bisa tetap terjaga. 

  1. Kurangi penggunaan media sosial

Tak dapat dipungkiri, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat membuat seseorang terjerumus ke dalam toxic positivity. Hal tersebut disebabkan karena orang ingin terlihat positif dan sempurna di media sosialnya. Padahal, apa yang terlihat positif di media sosial, belum tentu benar adanya. 

Oleh karena itu, kurangilah penggunaan media sosial dalam kehidupan kita sehari-hari. Untuk mengalihkan perhatian terhadap media sosial, kita bisa melakukan sesuatu yang menjadi hobi, seperti menonton film, bermain gim, membaca buku, atau mendengarkan musik.

  1. Cobalah mengerti perasaan orang lain

Penting bagi kita untuk pandai memahami perasaan orang lain. Ketika teman kita sedang berkeluh kesah akan masalahnya, dengarkanlah tanpa menghakimi perasaannya. Selain itu, hindari juga perilaku membanding-bandingkan masalah teman dengan masalah kita yang dianggap lebih buruk.

Itulah sekilas penjelasan mengenai toxic positivity. Memang, selalu melihat sesuatu dengan pikiran dan emosi positif dapat membantu pikiran agar tetap tenang. Namun, bukan berarti kita boleh mengabaikan rasa sedih, kecewa, atau marah saat sedang tertimpa masalah.

Jika sedang sedih, maka sedihlah. Jika sedang marah, maka marahlah. Jika sedang kecewa, maka kecewalah sepuasnya. Namun, jangan berlarut-larut. Dengan begitu, kita bisa mengeluarkan semua pikiran dan emosi negatif agar bisa bangkit dari suatu masalah.

 

Reporter: Ahmad Dyandra Rama Putra Bagaskara

Editor: Khansa Nisrina Pangastuti

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *