Perbaikan trotoar di Universitas Padjadjaran sedang berlangsung sejak hari Rabu pada 11 September. Renovasi tersebut dilakukan akibat dari keusangan trotoar yang telah lama terbangun puluhan tahun. Ditambah dengan kerusakan yang disebabkan oleh akar-akar pohon yang menjulang keluar tanah sehingga paving-paving trotoar terlepas dan berpindah posisi.
Revitalisasi ini menggunakan teknik penempatan paving di atas tanah dengan pola tertentu. Agus Setiawan, Pengelola Infrastruktur Unpad dan Penanggung Jawab Perbaikan Trotoar, menjelaskan renovasi dilakukan secara bertahap untuk memperbarui trotoar dengan 6 lokasi yang tersebar di Unpad. Masa perbaikan berlangsung sekitar satu bulan dimulai dari trotoar di depan Bale Wilasa 17, 3, dan 4 kemudian berangsur ke jalur tengah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Mulai dari daerah Lapangan PPBS ke arah Student Centre, juga Bale Santika. Terakhir, trotoar di daerah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bbarat menuju masjid dan ATM.
Perbaikan ini dilaksanakan sebab universitas menilai trotoar sudah tidak kondusif dan membahayakan. Mahasiswa cenderung lebih sering berjalan kaki di bahu jalan daripada di trotoar. Pihak pengelola melihat ini sebagai kebiasaan yang justru lebih buruk sebab terdapat kendaraan-kendaraan bermotor yang berlalu-lalang di jalan. Untuk mengurangi potensi kecelakaan bagi pejalan kaki dan pengguna kendaraan, mereka akhirnya memutuskan untuk memperbaiki trotoar yang telah usang.
“Kita kan melihat mahasiswa banyak yang jalan nih (tapi jalannya) di bahu jalan, (jadi) mengganggu keselamatan yah bagi mahasiswa sendiri dan pengendara yang lain, sedangkan trotoar tuh ada tapi kondisinya tidak baik, makanya mahasiswa tuh enggan untuk menggunakan trotoar. (Dan trotoar ini dibiarkan rusak) itu tepatnya sejak pembangunan, seumur Unpad,” jelas Agus Setiawan.
Kabar baik ini oleh beberapa pihak, khususnya mahasiswa tingkat akhir dan alumni, tetap dianggap mengecewakan karena Unpad dirasa pasif dalam memperhatikan kesejahteraan mahasiswa sebagai pejalan kaki. Mereka melihat setelah sekian lama trotoar rusak, perbaikannya baru dilaksanakan tahun ini.
“Unpad ini dirasa-rasanya dalam dua tahun saya kuliah itu belum menciptakan wilayah kondusif untuk pejalan kaki,” tutur Ilham, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unpad.
“Dari saya awal maba sampe udah lulus ini, saya merasanya, renovasinya di penghujung akhir saya berkuliah gitu. Jadi, waktu saya pas maba, pas kuliah jarang melihat perbaikan di Unpad. Saya rasa cukup terlambat sih,” ungkap Akbar, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) angkatan 2019 atas kekecewaannya terhadap Unpad.
Meskipun banyak kekecewaan yang timbul, pembangunan trotoar ini tetap dinilai sebagai bentuk perealisasian tanggung jawab Unpad untuk menyediakan fasilitas pejalan kaki bagi mahasiswa yang kondusif. Ini berimplikasi pada sentimen dan citra universitas ke arah yang cenderung lebih positif. Dengan ini, mahasiswa semakin nyaman untuk menjadi pejalan kaki di Unpad karena adanya peningkatan dari segi estetika dan utilitasnya.
Beberapa mahasiswa juga menyatakan harapannya terhadap pengguna trotoar khususnya mahasiswa atas perbaikan yang sedang berlangsung.
“Harapannya, ya orang-orang jadi lebih banyak jalan kaki di trotoarnya, ga yang harus ke pinggir-pinggir, ini udah ada trotoar, tapi karena trotoarnya ga enak, jadi orang-orang milih (jalan) di pinggir (trotoar). Soalnya, itu kan lebih bahaya (karena) ada odong, ada motor, mobil, ada beam juga gitu,” jelas Nimas, mahasiswa Fisip angkatan 2019.
“Yang pertama pergeseran dari penggunaan kendaraan pribadi menjadi kendaraan transportasi umum dan pejalan kaki. (Harapan) yang kedua mungkin secara tata kelolanya itu terlihat lebih menarik daripada tanah yang memang pohon tidak bisa digunakan oleh pejalan kaki,” tutup Ilham.
Reporter: Muhammad Aziz Fitratama
Editor: Zulfa Salman