Peran Anak Muda dalam Politik Negara, FISIP Leader Summit Usung Topik Bela Negara

Loading

Foto: Andi Angger sedang memaparkan materi pada Coaching Class Day 1 FILS 2022 (Dokumentasi Panitia FILS 2022)

FISIP Indonesia Leadership Summit (FILS) 2022 merupakan mega program kerja yang dinaungi oleh Departemen KPSDM BEM FISIP Unpad dan dibuka pada Jumat (21/10). 

FILS 2022 adalah rangkaian acara pelatihan dan sharing ilmu kepemimpinan yang diisi pembicara-pembicara dengan beragam latar belakang dan pengalaman mengesankan. Tahun ini, FILS mengangkat tema Switching Era Leading In 4.0 to 5.0 Society. Tema tersebut sesuai dengan tujuan FILS untuk mempersiapkan calon-calon pemimpin Indonesia demi memiliki kepekaan terhadap lingkungan, mendorong kreativitas dalam menyelesaikan masalah, memberikan pembaharuan, serta selalu siap menghadapi tantangan dalam pergantian era yang berlangsung cepat. 

Minggu pertama FILS dibuka dengan kelas pelatihan (coaching class) bersama beberapa pembicara. Salah satu pembicara yang mengisi kelas pelatihan tersebut adalah Andi Angger Sutawijaya, Ketua Gerakan IRES (Indonesia Resilience) Generation serta relawan Gerakan Turun Tangan. Andi mengisi kelas pelatihan hari pertama dengan mengangkat materi Bela Negara: Anti Korupsi dan Anti Radikalisme. 

Dalam coaching class tersebut, Andi menjelaskan bahwa berita tak sedap seperti isu korupsi dan radikalisme sering kali memenuhi laman berita di berbagai media massa. Sebagai future leaders, anak muda tidak bisa bersikap apatis terhadap isu yang tengah beredar, terutama yang dapat mengancam masa depan Indonesia. 

Andi sendiri membawakan materinya dengan judul Pemuda yang Berpikiran Radikal dan Anti Korupsi, Upaya memenangkan Indonesia. Menurutnya, kompetensi bukanlah hal yang utama dalam menjadi seorang pemimpin. Andi menjelaskan bahwa pemimpin-pemimpin di negara ini tidak ada yang kekurangan kompetensi maupun gelar. Mahasiswa mungkin memang kurang kompeten, tetapi hal tersebut dapat dilatih. Integritas dan kejujuran adalah hal yang paling utama.

Membahas kejujuran dalam dunia politik, tidak lengkap tanpa membawa serta kasus korupsi. Andi pun menerangkan dalam presentasinya, berdasarkan Databoks Indonesia, 4 dari 6 terdakwa suap korupsi terbesar memiliki latar belakang politik. 

“Secara keilmuan, teman-teman punya PR (Pekerjaan Rumah) (yang) banyak di FISIP. Bagaimana kemudian orang-orang yang terlibat di wilayah politik itu jadi bagian yang sangat mengerikan dalam konteks merampok uang negara dalam praktik-praktik korupsi,” tutur Andi.

Lalu, apa yang harus dilakukan anak muda sebagai future leaders terutama mereka yang berada di bawah naungan FISIP yang makanan sehari-harinya adalah ilmu sosial dan politik? 

Andi menganjurkan agar anak muda membuat gerakan yang jelas menyatakan keengganan masyarakat untuk para koruptor dan mantan koruptor kembali atau tetap menjabat sebagai wakil rakyat. 

“Kita harus mencegah orang-orang ini (para koruptor) kembali masuk ke dalam parlemen. Kita harus cegah orang-orang ini untuk tidak masuk ke dalam wilayah politik. Kalau kita nggak cegah ini, korupsi akan terus ada di republik ini,” pesan Andi.

“Sebagai anak muda kita harus sadar untuk tidak antipati terhadap wilayah politik karena wilayah itu terhormat. Orang-orang yang ada di dalamnya yang kemudian merusak wilayah politik dengan ketidakjujuran,” kata Andi. Ia juga menegaskan bahwa peran anak muda adalah membangun ranah politik yang penuh gagasan, integritas, dan kejujuran demi mengembalikan kehormatan pada ranah politik.

Reporter: Zulfa 

Editor: Disma Alfinisa

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *