Wadah bagi Karya para Sineas, Jatinangor Film Festival 2021

Jatinangor Film Festival merupakan gelaran inisiasi UKM Cinematography Club Fikom Unpad (CC Fikom Unpad). Festival film ini bertujuan untuk mewadahi para sineas untuk menampilkan karya, ajang evaluasi, juga apresiasi. Acara ini merupakan peralihan dari acara Moviekom yang telah dilaksanakan dari 2018 hingga 2020. Perubahan ke Jatinangor Film Festival ini tidak terbatas pada nama saja, tetapi juga termasuk cakupan pesertanya yang terbuka bagi umum.

Pada debutnya tahun ini, Jatinangor Film Festival mengangkat tema “Source Of Light: The Youthful Heritage From Pandemic Distress”. Logo yang diusung JFF juga memiliki makna tersendiri, yakni jembatan cincin (sebagai ikon Jatinangor), roll film (jiwa utama dari acara), serta pemilihan warna biru dan kuning (menunjukkan jiwa baru dan sisi fun JFF).

Seminggu usai batas pengumpulan film, terpilih lima film yang akan ditayangkan. Rangkaiannya akan mengambil waktu dari Kamis hingga Sabtu Oktober 2021. Tiap hari dalam rangkaian itu, diadakan acara dengan tema dan agenda sendiri, seperti pada hari pertama terdapat penayangan film para sineas dan diskusi, lalu di hari kedua terdapat sesi temu komunitas, dan pada hari ketiga ada seminar dengan narasumber spesial.

“Akhir kata, semoga Jatinangor Film Festival menjadi tanda berkembangnya sineas muda di Jatinangor, sebagai media juga bagi para sineas, dan motivasi bagi mereka untuk berkarya di tengah pandemi.” papar Ketua CC Fikom Unpad, Reyhan dalam sambutannya.

Kegiatan diisi dengan penayangan karya serta diskusi dengan sineas. Secara keseluruhan, terdapat lima film yang diputar, yakni Dia (Universitas Padjadjaran), Ubud (SeStudio Production), Ciak Ciak (ISBI Bandung), Kekang (Hopillusion Project), dan The Untold Story of Ballerina (ARS Bandung University). 

Pada akhir kegiatan, Dia, menjadi film memperoleh penghargaan terbanyak, yakni Best Cinematography, Best Editing, Favourite Actor/Actress, dan Favourite Film. Kategori lainnya diraih oleh The Untold Story of Ballerina (Art direction, Best Director), Kekang (Best Sound), dan Ubud (Best Story). 

 

Reporter: Abel Josafat

Editor: Hatta Muarabagja

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *